harmony

harmony

Minggu, 13 Juni 2010

ini bukan puisi!!!


kupikir baru saja kau sedang melakukan penciptaan
sebuah gunung berapi..? kawah yang meletup..?
ranting terbakar petir..? petasan yang tersulut sumbunya..?
tapi, haduh...kau sedang jadi apakah
aku melihat tanduk di keningmu

masalahnya
aku takut petir
aku dak suka asap
aku ngeri gunung berapi
aku benci petasan
aku perlu api, tapi aku tak pernah tahan panasnya
dan aku tak pernah menganggap indah sebuah tanduk

ada apa dengan : hai..?!

pati, 10 mei 2010

bulan


selembar penekuk tipis
masih mengepulkan asap di permukaannya
seolah ribuan kawah mungil
bagai permukaan bulan

aku ingat tanyamu,
siapa yang pergi ke sana?

jawabnya kini adalah aku
yang memakan bulanmu separuh
dan masih mengeluarkan asap
kawah kawah itu tenggelam

di lantai masih berceceran cangkang
telur yang tertendang ke sela panci
masih berhasil membuatku tertegun
aku harus menunduk

pati, 10 mei 2010

insomnia


aku ingin membuat dupa kenangan
dari lupa
namamu terselip di buku telepon
yang tebalnya pernah menimpuk kecoa
tapi semenit lalu
aku lupa
namamu tercetak tebal di halaman tengah
koran yang kubeli dari anak lugu
yang menjajakannya di tengah hujan

itukah kau, dalam huruf tebal?
mengapa di atasnya tertulis : obituari?

pati, 09 mei 2010

samakah aku?


mentari sama yang berabad
sinarnya memberiku bayangan pilar diujung kakiku
aku tetap sama
hanya saja dijidatku bertambah teraan hari kemarin

pati, 09 mei 2010

sembilan mei


selamat berbahagia
apapun yang kau maknai
hari ini ada karena kemarin ada
esok akan ada karena hari ini ada
alangkah misterinya usia, hidup dan kehidupan
semua itu membentukmu hingga hari ini
selamat berbahagia
karena usia bukan untuk dihitung dan dibilang
itu anugerah semata mata buat : adamu

aku menghitung detik seperti cecak menghitung panjang ekornya
dalam hitungan mundur jatah waktumu berkurang
dalam penambahan kau menua
tapi tak masalah dunia menua bersamamu
pati, 09 mei 2010

persimpangan


mari sayang akan kuajak kau berkeliling
pada setiap pojok hatiku yang akan kujadikan persimpangan
buatmu melabuhkan pandang karena disana
tak ada penghalang yang ingin kubangun

pada mimpiku semalam
aku bertemu kelokan kelokan hatimu
dara manis yang kau pinang dengan segenap kenangan
wanita lelah yang kau laburi segenap pekat malam
wanita berantah pada siapa kau bangun taman bunga berduri
dan aku
entah siapa aku
yang kau hitung dalam takar pinangmu
dalam galau rindumu akan sesuatu yang tak teraba

sayang
jadi siapakah yang berdiri di persimpangan
dan melambaikan telunjuknya hanya untuk mencari arah angin?
liur yang menempel belumlah kering
ketika angin menghantam bersama gulungan debu
menuju arah berantah...

pinangan persimpangan terasa begitu menyakitkan

pati, 08 mei 2010

bawalah sebagian malamku


secercah kerlip bintang tertinggal di sudut kamar
ah, sinarku yang malang, tak taukah kau jalan pulang?
kau tak bisa bertahan di situ karena sebentar terang kan datang
tak bisa kubiarkan kau..aku tak mau kau mengabur
andai kubisa menyematkan kau di ujung pelupuk
hingga bisa senantiasa kulihat kau ketika ku pejamkan mata
andai bisa ku letakkan dalam hati yang menemani ketika ku mawas
namun tempatmu tetap bukan di situ
pulanglah..bawalah sebagian malamku
dan kembalilah esok
karena tak bisa ku jalani malam jika tinggal separuh

jangan kuatir...gelap menuntunku pada sinarmu
aku tau kau dimana

pati, 07 mei 2010