harmony

harmony

Rabu, 23 Februari 2011

kau, puisi, dan aku

bercerita tentangmu, selayak berbicara tentang dermaga, pada siapa gelombang senantiasa menuju, bagai gadis yang berdiri mencari tambatan hati, nun entah...
berbicara tentangmu, selayak puisi yang menghidupkan angin, mentari dan rembulan, yang mengurai awan, hujan dan bianglala
berbicara tentangmu, selayak puisi yang senantiasa memanggilku...

pati, 22 februari 2011

baginya, mimpi itu nyata

di sudut pekarangan itu, di bawah birai cahaya

yang menerobos sela sela daun jambu, antara

mimpi dan kesadaran, masih dirasakannya damai

itu, suara berat lelakinya yang dibawa angin,

terasa menyentuh lewat legan jaket kedodoran

yang dikenakan dan ditekannya di pipi....



dan bayang mengabur menyisakan damai

yang disimpannya di saku berkancing hati



pati, 22 februari 2011

perempuan berselendang kalut

: nunuk
seberkas ilalang terbakar di matamu, asapnya melangit memadatkan udara, jelaga memalam mengembalikan cahaya sebelum ia sempat menapakkan diri

matamu mengobor membelah sunyi, dimanakah gerangan api itu berasal?

(ratapan buat ilalang yang tak sempat berbunga bersautan dalam desir angin yang mengurai udara)

wahai ilalang, bersemi kembalikah engkau esok, di saat pagi meminang embun?

pati, 21 februari 2011

desah angin

setiap kali senja datang di pekarangan ini,

dan sunyi melebur dalam secangkir kopi,

ataukah sepasang sandal biru berdebu,

aku berperan sebagai pagi, yang datang

perlahan dan pasti, memekarkan cahaya,

membebaskan dingin embun dipelukkan

gelap, malam yang sering kehilangan obor.



seringkali sungai menjeram di hatiku, mendera

langit biru di benakku sekelam kabut, hingga

awanpun tak selembut kapas, dengan kilau

dingin tetesan hujan setajam silet di pipimu

menjelma riam yang membakar, dan pagi

hilang kembali menjadi senja yang sunyi.



gelitik hati, membiarkan pintu pagar tetap

terbuka, ilalang berlomba merias diri,

ranting jambu mencakar kabel listrik, dan

lumut menjelma karpet selamat datang,

berharap sepasang tangan yang kokoh

yang sigap membaca gelagat : semua

bagianku, tenanglah...



setiap waktu menyimpan masanya sendiri,

ada waktu ketika pagi berhasil kutampilkan

di mataku, ada masa ketika senja berangin

mengambil alih, aku rindu kau matahariku.



kau dengarkah desahan angin timur yang

memusat menuju barat menerbangkan

bunga bunga ilalang di pekaranganmu?

itu desahan sunyi, kekasih, dari masa

yang tak sengaja bertumpang



pati, 19 februari 2011

mata sunyi

di sebuah siang yang begitu bercahaya

sunyi menggambar dirinya

di mata perempuan

yang mengeja warna angin

dan warna warna berputar

menghimpun tanda tanda kepulangan

'ah, seberapa jauhkah hari ke hari?

tidakkah sejauh bulan ke bulan?'

sekilas, mulai dipahaminya

gambar sunyi yang tertera di matanya

: sunyi mencuri warna angin, bukan?



pati, 19 februari 2011

ketika kau bergegas

kau, yang tak putus bergegas

untuk pergi dan kembali

dan aku, tak bisa lekas

menata mimpi dan hati



jika bukan karena cahaya

apa beda pagi, siang, malam?

sedang detak yang terkepal di nadi

entah yang berdenyut di dada

mendetakkan irama kehilangan yang sama



: aku, yang tak bisa lekas

menata mimpi dan hati



pati, 17 februari 2011

when the skies are grey

cahaya menepi di sudut langit

tak membawa kita kemana mana

selama jarak terukur hitungan

bukan hati

gerimis ini hari

adalah suara yang mengasingkan kita

dan udara memekat

"ssst, peta memang buta

namun tak pernah salah"

dan udara semakin menyesakkan

: aku tersedak



pati, 16 februari 2011

dan sepipun jatuh, paitua

dan kaupun berkemas

bayang bayang sepi jatuh

pada rindu yang cemas

: tak sempat berteduh



pati, 15 februari 2011

jika boleh

jika boleh kupilihkan mimpi

jadilah pagi

yang senantiasa mengusik gelap

malammu



pati, 15 februari 2011

pelangi, balon dan warna warni

kau terlalu tua untuk pelangi, balon

dan warna warni



siapa terlalu tua untuk mimpi?

dan dongeng bertahan berabad abad



'hei, langkahmu telah sampai pada malam

tak usah kau cari bintang

pudar di terang lampu pojok jalan'



kunang kunang hilang, kupu kupu mengulat,

bunga ilalang habis tertiup angin,

tanah berlubang penuh genangan



siapa terlalu tua untuk mimpi?

mimpi tawar yang bertahan menghantui



pati, 8 februari 2011

akukah itu?

sepertinya sang pemahat itu tak menyadari,
pahatan yang menjadi masterpiecenya,
telah mencuri hasil pahatan pahatan sebelumnya,
dan menyimpannya dalam kotak sangkar di rongga dada,
konon kata si pemahat kelak, kotak itu bukan mainan,
bukan main main, namun pintar bermain dan bisa kau
sebut 'hati'. jadi ketika sang pemahat lengah, dikurungnya
apapun pahatan sebelumnya.
masterpiece sang pemahat, ternyata jatuh cinta pada sang
hati, lalu mulai diajaknya bermain sang hati, dibukanya kunci sangkar
dan dikeluarkannya satu satu isi kurungan
hari ini dikeluarkannya sepasang burung, lalu mulailah
sang masterpiece menari, bersiul dan bernyanyi dengan indah
(sepotong hati sangkar burung tersobek dan hancur)
hari itu dikeluarkannya sepotong ular, mulailah lapar
mendesis desis, dengan liur kelicikan menyerbu keluar
bersama sang ular dari sangkar hati
(sepotong hati sangkar ular tersobek dan hancur)
hari ini dan itu, satu satu penghuni sangkar hati keluar,
bersamaan dengannya potongan potongan hati yang menjadi
sangkar hancur
lalu suatu waktu, entah mengapa keluarlah dari dalam
hati itu singa yang mengaum aum, membabi buta,
menghancurkan apapun di depan mata sang masterpiece,
sebab semua tercium bagai mangsa, mangsa tumbal
kekosongan dadanya, karena sedang singa itu mengaum aum
potongan terakhir sangkar hatinya hancur, meninggalkan
luka menganga, kosong, hitam
ada hari ketika sang pemahat kembali, sekedar untuk
mengagumi hasil pahatannya yang terakhir, sang masterpiece,
dan ditengah kesunyian, yang ditemukannya hanyalah pahatan
terakhirnya itu telah menjadi bentuk yang tak dikenalinya:
dada berlubang,mata serupa ceruk kosong, mulut patah,
telinga tercabik, ah sungguh masterpiece yang gagal
maka mulai dihancurkannya pahatan terakhir itu kembali
menjadi debu

pati, 8 februari 2011

aku bersalut untukmu : selamat!

Aku dengar suaramu jatuh

Di pintu hati mengetuk ngetuk

"tutup saja kusen jendela

dengarkan saja desirnya"

Aku dengar hadirmu jatuh

Berseteru dengan hujan

Tak diundang....



(dan aku harus bersalut

:selamat, kau berkaca!)



pati, 7 februari 2011

kau, sedang kuingat

langit begitu mengharukan

dan aku asing

bahkan pada bayanganku

(terang berlari pergi

mata apinya hanyut

terhisap tubuhnya sendiri)



pati, 6 februari 2011

kredo koyak

selalu ada yang terkoyak

entah di bagian mana dari celana bajumu

entah kantong saku, lalu

senyum terkoyak



hari senantiasa terkoyak, sayang

tak utuh

sekoyakan buat matahari

sekoyakan buat hujan

lalu selanjutnya sumpah serapah

juga doa doa yang runut

bersikutan mengoyak langit





perjalananmu terkoyak bukan?

karena mereka yang bergerak

berlomba mengoyak hatimu



biar saja, kekasih

kita semata koyakan

memanusia



pati, 5 februari 2011

benih hujan

adalah benih ilalang

yang tumbuh di mata hujan

'aku terusir dari negeriku

yang tak menumbuhkan apa apa'



dan hujan memilih terbang bersama angin

untuk hinggap satu satu

tumbuh

mengilalang



pati, 4 februari 2011

wangi

/1/



Ranting ranting tanjung,

berjalin berayun ayun.

Hilang bunga berjatuhan,

kenangan silam dan bayang.

Kota tak mampu lagi mencium,

wangi di sanggul sanggul nenek.



/2/



Ah kemuning,

sungguh aku mengenalmu



(bayangan lorong kumuh,

rumah padat tak berpagar

dan kemuning lelah menunggu gunting)



pati, 3 februari 2011

pada suatu masa

di bawah tatapan langit

curahan hujan yang jatuh

mengalir terburu buru

menghanyutkan kuncup bunga jambu

ah, tidakkah menunggu ia berkembang?



daun daun kidmat

mengangguk takjim

seakan mengerti

alasan hujan

berlalu terburu buru

memisahkan calon bunga

dan dirinya



pada suatu masa, kau terburu buru

begitu saja

adakah kau rasa de javu?



pati, 2 januari 2011

adakah yang terlewat?

Tanpa pengenalan, puisi itu lahir, panjang memusingkan, pendek terpenggal, seperti gerbong kereta tak beraturan. Melaju. Tanpa stasiun.

Kereta tak mencari penumpang, tak ditinggal penumpang. Tiba tiba merindukan batas langsir. Peron. Karcis.

Rel rel itu dimana?

Perlahan kereta belajar menyelaraskan desis. Di luar rel, di atas rel. Tanpa stasiun.

Rel rel itu ditemukan. Simpang siur.
'Adakah yang terlewatkan?'

pati, 1 februari 2011

: dingin

hujan yang tanggung
gigil berdesir meruam
ujung jemari yang tak patuh
hidangan yang tak terelak
: sebab terendapkan segala hal yang terbasuh,
dingin

pati, 1 februari 2011

andai

ah, jadi begitulah rupanya,
kisah ranting patah yang hendak kau dengar, berderak dan berdebum di tanah,
tanah yang juga menyimpan lukanya sendiri
ranting diam, melintang sendiri,
cabikan tajam di kedua ujung, dan kulit terkelupas

bagaimana jika ku ceritakan sebuah pengandaian?
ranting patah jatuh berdebam ke tanah, besertanya
turut helaian daun dan sekuncup bunga mekar
bunga yang pernah dipandang penuh cinta
entah karena cinta, ataukah hukum alam, ataulah hanya sekedar hujan menjadi hujan, dan matahari yang
mematahari, bunga layu menyebar benih dan tumbuh
di sela ranting patah
sebuah perandaian lain, semata kepasrahan
ranting rela hilang dan terurai, entah cinta
ataukah hukum alam, ataulah hanya perhitungan waktu, begitu saja sebuah kehidupan baru begitu berharga,
maka sedang ia terurai lenyap, sang bakal tumbuh,
hidup

jadi, berapa harga pedih dan cinta itu?
apakah nalar mampu mengurangi dan menambah
teraannya?
ah, memang sebuah andai.....

pati, 31 januari 2011

senjalah senja

Ah, ternyata kita memang penjudi kata ulung, kita lempar tanya lalu bertaruh pada jawaban, kita susun kata berandai tanggapan, alangkah bahagianya kata yang memilih menjadi kata, bukan koin rolet. Apa yang kau tau tentang sepi? Tak usah berjudi. Biarkan sepi berbicara padamu, tahukah kau, ia berbicara dengan nada lain padaku. Maka, tak usah berandai, sayang.

pati, 31 januari 2011

jaga

Dan aku berharap kantuk itu datang, bukan dari dongengmu, bukan dari mantra, namun dari kesadaran waktunya malam berjaga untukku. Karena menunggu bukan keahlianku, ku undang malam bertandang ke kelopakku, dan malam menjawabku, katanya 'maaf, bertandang bukan keahlianku'

pati, 30 januari 2011

tarian paijo dan painem

paijo mencoba menanam padi, badai matahari

menghanguskan bernas padi yang baru mulai

berbulir, gosong, seperti roti hangus dipanggangan

hanya kali ini tak berasap



ah sepertinya matahari sedang belajar

menanam api, karena itu kita senantiasa

terbakar



painem sudah lama lupa caranya menanak nasi,

yang dipahaminya bagaimana menyulap api

menjadi sepiring nasi, karena itu dengan giat

dilatihnya tarian api yang menjilat jilat, bergelora,

menyulut dari ujung keliman ke keliman yang lain

hanya keahliannya tak membuat tangannya ikut

terbakar



paijo dan painem begitu fasih tentang api, panen

api, menuai api, menjaga api, menyebar api,

bergelut dengan api, bergumul dengan api,

menari di dalam api, semua demi api...



ada sirene meraung di kota, katanya

"paijo dan painem, terbakar hangus

tanpa asap, tanpa luka bakar"



pati, 29 januari 2011

ini surat ke sekian, paitua

paitua,
entah mengapa waktu gagal
mendewasakan rinduku
untuk tak sepi
untuk tak sunyi
untuk tak terbengkalai
barangkali karena dadaku sempit
oleh pengembaraan rinduku
(paitua, senja di sini selalu tertinggal dari senjamu)

pati, 29 januari 2011

adalah

Adalah siang yang mengajar, tentang terik dan hujan yang dikandungnya, dan arah pulang tempat angin berlabuh

Adalah siang, saudara tua bagi pagi, dan ibu bagi senja, mengajarmu arti legawa bagi keluh kesah yang senantiasa dialamatkan padanya

Adalah siang, untukmu dan aku, hidup

pati, 29 januari 2011

musykil

dimana mesti kucari kata kata musykil, agar keluar dari barisan kata yang kau patenkan sebagai hakmu?
entahlah, tidakkah kata kata bagai burung yang merdeka untuk hinggap dan bersarang di ranting puisi yang dipilihnya?
kata adalah telur, yang menetas dan bersikap sesuai induk yang membentuknya
jika hijau hinggap di rumputmu, biarkan esok dia tumbuh di rumputku
maknamu yang telah, dan maknaku yang esok, jalan yang bisa kita musykilkan untuk bersua
musykilkah?

pati, 28 januari 2011

kupikir

di depan jendela

dalam sekian menit yang berlalu ini

kupikir kucari angin

sedang jendela tertutup rapat

kupikir hendak kupandang bunga bunga

sedang diluar hanya pagar dan pekarangan yang baru kusapu

kupikir akan kunikmati senja saja

sedang waktu terkatung antara siang yang kadung dan

senja yang prematur

kau tahu, aku berpikir seakan baru kulakukan

'sedang apa aku disini?'

kupikir aku tahu

aku rindu kau



pati, 28 januari 2011