bercerita tentangmu, selayak berbicara tentang dermaga, pada siapa gelombang senantiasa menuju, bagai gadis yang berdiri mencari tambatan hati, nun entah...
berbicara tentangmu, selayak puisi yang menghidupkan angin, mentari dan rembulan, yang mengurai awan, hujan dan bianglala
berbicara tentangmu, selayak puisi yang senantiasa memanggilku...
pati, 22 februari 2011
Rabu, 23 Februari 2011
baginya, mimpi itu nyata
di sudut pekarangan itu, di bawah birai cahaya
yang menerobos sela sela daun jambu, antara
mimpi dan kesadaran, masih dirasakannya damai
itu, suara berat lelakinya yang dibawa angin,
terasa menyentuh lewat legan jaket kedodoran
yang dikenakan dan ditekannya di pipi....
dan bayang mengabur menyisakan damai
yang disimpannya di saku berkancing hati
pati, 22 februari 2011
yang menerobos sela sela daun jambu, antara
mimpi dan kesadaran, masih dirasakannya damai
itu, suara berat lelakinya yang dibawa angin,
terasa menyentuh lewat legan jaket kedodoran
yang dikenakan dan ditekannya di pipi....
dan bayang mengabur menyisakan damai
yang disimpannya di saku berkancing hati
pati, 22 februari 2011
perempuan berselendang kalut
: nunuk
seberkas ilalang terbakar di matamu, asapnya melangit memadatkan udara, jelaga memalam mengembalikan cahaya sebelum ia sempat menapakkan diri
matamu mengobor membelah sunyi, dimanakah gerangan api itu berasal?
(ratapan buat ilalang yang tak sempat berbunga bersautan dalam desir angin yang mengurai udara)
wahai ilalang, bersemi kembalikah engkau esok, di saat pagi meminang embun?
pati, 21 februari 2011
seberkas ilalang terbakar di matamu, asapnya melangit memadatkan udara, jelaga memalam mengembalikan cahaya sebelum ia sempat menapakkan diri
matamu mengobor membelah sunyi, dimanakah gerangan api itu berasal?
(ratapan buat ilalang yang tak sempat berbunga bersautan dalam desir angin yang mengurai udara)
wahai ilalang, bersemi kembalikah engkau esok, di saat pagi meminang embun?
pati, 21 februari 2011
desah angin
setiap kali senja datang di pekarangan ini,
dan sunyi melebur dalam secangkir kopi,
ataukah sepasang sandal biru berdebu,
aku berperan sebagai pagi, yang datang
perlahan dan pasti, memekarkan cahaya,
membebaskan dingin embun dipelukkan
gelap, malam yang sering kehilangan obor.
seringkali sungai menjeram di hatiku, mendera
langit biru di benakku sekelam kabut, hingga
awanpun tak selembut kapas, dengan kilau
dingin tetesan hujan setajam silet di pipimu
menjelma riam yang membakar, dan pagi
hilang kembali menjadi senja yang sunyi.
gelitik hati, membiarkan pintu pagar tetap
terbuka, ilalang berlomba merias diri,
ranting jambu mencakar kabel listrik, dan
lumut menjelma karpet selamat datang,
berharap sepasang tangan yang kokoh
yang sigap membaca gelagat : semua
bagianku, tenanglah...
setiap waktu menyimpan masanya sendiri,
ada waktu ketika pagi berhasil kutampilkan
di mataku, ada masa ketika senja berangin
mengambil alih, aku rindu kau matahariku.
kau dengarkah desahan angin timur yang
memusat menuju barat menerbangkan
bunga bunga ilalang di pekaranganmu?
itu desahan sunyi, kekasih, dari masa
yang tak sengaja bertumpang
pati, 19 februari 2011
dan sunyi melebur dalam secangkir kopi,
ataukah sepasang sandal biru berdebu,
aku berperan sebagai pagi, yang datang
perlahan dan pasti, memekarkan cahaya,
membebaskan dingin embun dipelukkan
gelap, malam yang sering kehilangan obor.
seringkali sungai menjeram di hatiku, mendera
langit biru di benakku sekelam kabut, hingga
awanpun tak selembut kapas, dengan kilau
dingin tetesan hujan setajam silet di pipimu
menjelma riam yang membakar, dan pagi
hilang kembali menjadi senja yang sunyi.
gelitik hati, membiarkan pintu pagar tetap
terbuka, ilalang berlomba merias diri,
ranting jambu mencakar kabel listrik, dan
lumut menjelma karpet selamat datang,
berharap sepasang tangan yang kokoh
yang sigap membaca gelagat : semua
bagianku, tenanglah...
setiap waktu menyimpan masanya sendiri,
ada waktu ketika pagi berhasil kutampilkan
di mataku, ada masa ketika senja berangin
mengambil alih, aku rindu kau matahariku.
kau dengarkah desahan angin timur yang
memusat menuju barat menerbangkan
bunga bunga ilalang di pekaranganmu?
itu desahan sunyi, kekasih, dari masa
yang tak sengaja bertumpang
pati, 19 februari 2011
mata sunyi
di sebuah siang yang begitu bercahaya
sunyi menggambar dirinya
di mata perempuan
yang mengeja warna angin
dan warna warna berputar
menghimpun tanda tanda kepulangan
'ah, seberapa jauhkah hari ke hari?
tidakkah sejauh bulan ke bulan?'
sekilas, mulai dipahaminya
gambar sunyi yang tertera di matanya
: sunyi mencuri warna angin, bukan?
pati, 19 februari 2011
sunyi menggambar dirinya
di mata perempuan
yang mengeja warna angin
dan warna warna berputar
menghimpun tanda tanda kepulangan
'ah, seberapa jauhkah hari ke hari?
tidakkah sejauh bulan ke bulan?'
sekilas, mulai dipahaminya
gambar sunyi yang tertera di matanya
: sunyi mencuri warna angin, bukan?
pati, 19 februari 2011
ketika kau bergegas
kau, yang tak putus bergegas
untuk pergi dan kembali
dan aku, tak bisa lekas
menata mimpi dan hati
jika bukan karena cahaya
apa beda pagi, siang, malam?
sedang detak yang terkepal di nadi
entah yang berdenyut di dada
mendetakkan irama kehilangan yang sama
: aku, yang tak bisa lekas
menata mimpi dan hati
pati, 17 februari 2011
untuk pergi dan kembali
dan aku, tak bisa lekas
menata mimpi dan hati
jika bukan karena cahaya
apa beda pagi, siang, malam?
sedang detak yang terkepal di nadi
entah yang berdenyut di dada
mendetakkan irama kehilangan yang sama
: aku, yang tak bisa lekas
menata mimpi dan hati
pati, 17 februari 2011
when the skies are grey
cahaya menepi di sudut langit
tak membawa kita kemana mana
selama jarak terukur hitungan
bukan hati
gerimis ini hari
adalah suara yang mengasingkan kita
dan udara memekat
"ssst, peta memang buta
namun tak pernah salah"
dan udara semakin menyesakkan
: aku tersedak
pati, 16 februari 2011
tak membawa kita kemana mana
selama jarak terukur hitungan
bukan hati
gerimis ini hari
adalah suara yang mengasingkan kita
dan udara memekat
"ssst, peta memang buta
namun tak pernah salah"
dan udara semakin menyesakkan
: aku tersedak
pati, 16 februari 2011
dan sepipun jatuh, paitua
dan kaupun berkemas
bayang bayang sepi jatuh
pada rindu yang cemas
: tak sempat berteduh
pati, 15 februari 2011
bayang bayang sepi jatuh
pada rindu yang cemas
: tak sempat berteduh
pati, 15 februari 2011
jika boleh
jika boleh kupilihkan mimpi
jadilah pagi
yang senantiasa mengusik gelap
malammu
pati, 15 februari 2011
jadilah pagi
yang senantiasa mengusik gelap
malammu
pati, 15 februari 2011
pelangi, balon dan warna warni
kau terlalu tua untuk pelangi, balon
dan warna warni
siapa terlalu tua untuk mimpi?
dan dongeng bertahan berabad abad
'hei, langkahmu telah sampai pada malam
tak usah kau cari bintang
pudar di terang lampu pojok jalan'
kunang kunang hilang, kupu kupu mengulat,
bunga ilalang habis tertiup angin,
tanah berlubang penuh genangan
siapa terlalu tua untuk mimpi?
mimpi tawar yang bertahan menghantui
pati, 8 februari 2011
dan warna warni
siapa terlalu tua untuk mimpi?
dan dongeng bertahan berabad abad
'hei, langkahmu telah sampai pada malam
tak usah kau cari bintang
pudar di terang lampu pojok jalan'
kunang kunang hilang, kupu kupu mengulat,
bunga ilalang habis tertiup angin,
tanah berlubang penuh genangan
siapa terlalu tua untuk mimpi?
mimpi tawar yang bertahan menghantui
pati, 8 februari 2011
akukah itu?
sepertinya sang pemahat itu tak menyadari,
pahatan yang menjadi masterpiecenya,
telah mencuri hasil pahatan pahatan sebelumnya,
dan menyimpannya dalam kotak sangkar di rongga dada,
konon kata si pemahat kelak, kotak itu bukan mainan,
bukan main main, namun pintar bermain dan bisa kau
sebut 'hati'. jadi ketika sang pemahat lengah, dikurungnya
apapun pahatan sebelumnya.
masterpiece sang pemahat, ternyata jatuh cinta pada sang
hati, lalu mulai diajaknya bermain sang hati, dibukanya kunci sangkar
dan dikeluarkannya satu satu isi kurungan
hari ini dikeluarkannya sepasang burung, lalu mulailah
sang masterpiece menari, bersiul dan bernyanyi dengan indah
(sepotong hati sangkar burung tersobek dan hancur)
hari itu dikeluarkannya sepotong ular, mulailah lapar
mendesis desis, dengan liur kelicikan menyerbu keluar
bersama sang ular dari sangkar hati
(sepotong hati sangkar ular tersobek dan hancur)
hari ini dan itu, satu satu penghuni sangkar hati keluar,
bersamaan dengannya potongan potongan hati yang menjadi
sangkar hancur
lalu suatu waktu, entah mengapa keluarlah dari dalam
hati itu singa yang mengaum aum, membabi buta,
menghancurkan apapun di depan mata sang masterpiece,
sebab semua tercium bagai mangsa, mangsa tumbal
kekosongan dadanya, karena sedang singa itu mengaum aum
potongan terakhir sangkar hatinya hancur, meninggalkan
luka menganga, kosong, hitam
ada hari ketika sang pemahat kembali, sekedar untuk
mengagumi hasil pahatannya yang terakhir, sang masterpiece,
dan ditengah kesunyian, yang ditemukannya hanyalah pahatan
terakhirnya itu telah menjadi bentuk yang tak dikenalinya:
dada berlubang,mata serupa ceruk kosong, mulut patah,
telinga tercabik, ah sungguh masterpiece yang gagal
maka mulai dihancurkannya pahatan terakhir itu kembali
menjadi debu
pati, 8 februari 2011
pahatan yang menjadi masterpiecenya,
telah mencuri hasil pahatan pahatan sebelumnya,
dan menyimpannya dalam kotak sangkar di rongga dada,
konon kata si pemahat kelak, kotak itu bukan mainan,
bukan main main, namun pintar bermain dan bisa kau
sebut 'hati'. jadi ketika sang pemahat lengah, dikurungnya
apapun pahatan sebelumnya.
masterpiece sang pemahat, ternyata jatuh cinta pada sang
hati, lalu mulai diajaknya bermain sang hati, dibukanya kunci sangkar
dan dikeluarkannya satu satu isi kurungan
hari ini dikeluarkannya sepasang burung, lalu mulailah
sang masterpiece menari, bersiul dan bernyanyi dengan indah
(sepotong hati sangkar burung tersobek dan hancur)
hari itu dikeluarkannya sepotong ular, mulailah lapar
mendesis desis, dengan liur kelicikan menyerbu keluar
bersama sang ular dari sangkar hati
(sepotong hati sangkar ular tersobek dan hancur)
hari ini dan itu, satu satu penghuni sangkar hati keluar,
bersamaan dengannya potongan potongan hati yang menjadi
sangkar hancur
lalu suatu waktu, entah mengapa keluarlah dari dalam
hati itu singa yang mengaum aum, membabi buta,
menghancurkan apapun di depan mata sang masterpiece,
sebab semua tercium bagai mangsa, mangsa tumbal
kekosongan dadanya, karena sedang singa itu mengaum aum
potongan terakhir sangkar hatinya hancur, meninggalkan
luka menganga, kosong, hitam
ada hari ketika sang pemahat kembali, sekedar untuk
mengagumi hasil pahatannya yang terakhir, sang masterpiece,
dan ditengah kesunyian, yang ditemukannya hanyalah pahatan
terakhirnya itu telah menjadi bentuk yang tak dikenalinya:
dada berlubang,mata serupa ceruk kosong, mulut patah,
telinga tercabik, ah sungguh masterpiece yang gagal
maka mulai dihancurkannya pahatan terakhir itu kembali
menjadi debu
pati, 8 februari 2011
aku bersalut untukmu : selamat!
Aku dengar suaramu jatuh
Di pintu hati mengetuk ngetuk
"tutup saja kusen jendela
dengarkan saja desirnya"
Aku dengar hadirmu jatuh
Berseteru dengan hujan
Tak diundang....
(dan aku harus bersalut
:selamat, kau berkaca!)
pati, 7 februari 2011
Di pintu hati mengetuk ngetuk
"tutup saja kusen jendela
dengarkan saja desirnya"
Aku dengar hadirmu jatuh
Berseteru dengan hujan
Tak diundang....
(dan aku harus bersalut
:selamat, kau berkaca!)
pati, 7 februari 2011
kau, sedang kuingat
langit begitu mengharukan
dan aku asing
bahkan pada bayanganku
(terang berlari pergi
mata apinya hanyut
terhisap tubuhnya sendiri)
pati, 6 februari 2011
dan aku asing
bahkan pada bayanganku
(terang berlari pergi
mata apinya hanyut
terhisap tubuhnya sendiri)
pati, 6 februari 2011
kredo koyak
selalu ada yang terkoyak
entah di bagian mana dari celana bajumu
entah kantong saku, lalu
senyum terkoyak
hari senantiasa terkoyak, sayang
tak utuh
sekoyakan buat matahari
sekoyakan buat hujan
lalu selanjutnya sumpah serapah
juga doa doa yang runut
bersikutan mengoyak langit
perjalananmu terkoyak bukan?
karena mereka yang bergerak
berlomba mengoyak hatimu
biar saja, kekasih
kita semata koyakan
memanusia
pati, 5 februari 2011
entah di bagian mana dari celana bajumu
entah kantong saku, lalu
senyum terkoyak
hari senantiasa terkoyak, sayang
tak utuh
sekoyakan buat matahari
sekoyakan buat hujan
lalu selanjutnya sumpah serapah
juga doa doa yang runut
bersikutan mengoyak langit
perjalananmu terkoyak bukan?
karena mereka yang bergerak
berlomba mengoyak hatimu
biar saja, kekasih
kita semata koyakan
memanusia
pati, 5 februari 2011
benih hujan
adalah benih ilalang
yang tumbuh di mata hujan
'aku terusir dari negeriku
yang tak menumbuhkan apa apa'
dan hujan memilih terbang bersama angin
untuk hinggap satu satu
tumbuh
mengilalang
pati, 4 februari 2011
yang tumbuh di mata hujan
'aku terusir dari negeriku
yang tak menumbuhkan apa apa'
dan hujan memilih terbang bersama angin
untuk hinggap satu satu
tumbuh
mengilalang
pati, 4 februari 2011
wangi
/1/
Ranting ranting tanjung,
berjalin berayun ayun.
Hilang bunga berjatuhan,
kenangan silam dan bayang.
Kota tak mampu lagi mencium,
wangi di sanggul sanggul nenek.
/2/
Ah kemuning,
sungguh aku mengenalmu
(bayangan lorong kumuh,
rumah padat tak berpagar
dan kemuning lelah menunggu gunting)
pati, 3 februari 2011
Ranting ranting tanjung,
berjalin berayun ayun.
Hilang bunga berjatuhan,
kenangan silam dan bayang.
Kota tak mampu lagi mencium,
wangi di sanggul sanggul nenek.
/2/
Ah kemuning,
sungguh aku mengenalmu
(bayangan lorong kumuh,
rumah padat tak berpagar
dan kemuning lelah menunggu gunting)
pati, 3 februari 2011
pada suatu masa
di bawah tatapan langit
curahan hujan yang jatuh
mengalir terburu buru
menghanyutkan kuncup bunga jambu
ah, tidakkah menunggu ia berkembang?
daun daun kidmat
mengangguk takjim
seakan mengerti
alasan hujan
berlalu terburu buru
memisahkan calon bunga
dan dirinya
pada suatu masa, kau terburu buru
begitu saja
adakah kau rasa de javu?
pati, 2 januari 2011
curahan hujan yang jatuh
mengalir terburu buru
menghanyutkan kuncup bunga jambu
ah, tidakkah menunggu ia berkembang?
daun daun kidmat
mengangguk takjim
seakan mengerti
alasan hujan
berlalu terburu buru
memisahkan calon bunga
dan dirinya
pada suatu masa, kau terburu buru
begitu saja
adakah kau rasa de javu?
pati, 2 januari 2011
adakah yang terlewat?
Tanpa pengenalan, puisi itu lahir, panjang memusingkan, pendek terpenggal, seperti gerbong kereta tak beraturan. Melaju. Tanpa stasiun.
Kereta tak mencari penumpang, tak ditinggal penumpang. Tiba tiba merindukan batas langsir. Peron. Karcis.
Rel rel itu dimana?
Perlahan kereta belajar menyelaraskan desis. Di luar rel, di atas rel. Tanpa stasiun.
Rel rel itu ditemukan. Simpang siur.
'Adakah yang terlewatkan?'
pati, 1 februari 2011
Kereta tak mencari penumpang, tak ditinggal penumpang. Tiba tiba merindukan batas langsir. Peron. Karcis.
Rel rel itu dimana?
Perlahan kereta belajar menyelaraskan desis. Di luar rel, di atas rel. Tanpa stasiun.
Rel rel itu ditemukan. Simpang siur.
'Adakah yang terlewatkan?'
pati, 1 februari 2011
: dingin
hujan yang tanggung
gigil berdesir meruam
ujung jemari yang tak patuh
hidangan yang tak terelak
: sebab terendapkan segala hal yang terbasuh,
dingin
pati, 1 februari 2011
gigil berdesir meruam
ujung jemari yang tak patuh
hidangan yang tak terelak
: sebab terendapkan segala hal yang terbasuh,
dingin
pati, 1 februari 2011
andai
ah, jadi begitulah rupanya,
kisah ranting patah yang hendak kau dengar, berderak dan berdebum di tanah,
tanah yang juga menyimpan lukanya sendiri
ranting diam, melintang sendiri,
cabikan tajam di kedua ujung, dan kulit terkelupas
bagaimana jika ku ceritakan sebuah pengandaian?
ranting patah jatuh berdebam ke tanah, besertanya
turut helaian daun dan sekuncup bunga mekar
bunga yang pernah dipandang penuh cinta
entah karena cinta, ataukah hukum alam, ataulah hanya sekedar hujan menjadi hujan, dan matahari yang
mematahari, bunga layu menyebar benih dan tumbuh
di sela ranting patah
sebuah perandaian lain, semata kepasrahan
ranting rela hilang dan terurai, entah cinta
ataukah hukum alam, ataulah hanya perhitungan waktu, begitu saja sebuah kehidupan baru begitu berharga,
maka sedang ia terurai lenyap, sang bakal tumbuh,
hidup
jadi, berapa harga pedih dan cinta itu?
apakah nalar mampu mengurangi dan menambah
teraannya?
ah, memang sebuah andai.....
pati, 31 januari 2011
kisah ranting patah yang hendak kau dengar, berderak dan berdebum di tanah,
tanah yang juga menyimpan lukanya sendiri
ranting diam, melintang sendiri,
cabikan tajam di kedua ujung, dan kulit terkelupas
bagaimana jika ku ceritakan sebuah pengandaian?
ranting patah jatuh berdebam ke tanah, besertanya
turut helaian daun dan sekuncup bunga mekar
bunga yang pernah dipandang penuh cinta
entah karena cinta, ataukah hukum alam, ataulah hanya sekedar hujan menjadi hujan, dan matahari yang
mematahari, bunga layu menyebar benih dan tumbuh
di sela ranting patah
sebuah perandaian lain, semata kepasrahan
ranting rela hilang dan terurai, entah cinta
ataukah hukum alam, ataulah hanya perhitungan waktu, begitu saja sebuah kehidupan baru begitu berharga,
maka sedang ia terurai lenyap, sang bakal tumbuh,
hidup
jadi, berapa harga pedih dan cinta itu?
apakah nalar mampu mengurangi dan menambah
teraannya?
ah, memang sebuah andai.....
pati, 31 januari 2011
senjalah senja
Ah, ternyata kita memang penjudi kata ulung, kita lempar tanya lalu bertaruh pada jawaban, kita susun kata berandai tanggapan, alangkah bahagianya kata yang memilih menjadi kata, bukan koin rolet. Apa yang kau tau tentang sepi? Tak usah berjudi. Biarkan sepi berbicara padamu, tahukah kau, ia berbicara dengan nada lain padaku. Maka, tak usah berandai, sayang.
pati, 31 januari 2011
pati, 31 januari 2011
jaga
Dan aku berharap kantuk itu datang, bukan dari dongengmu, bukan dari mantra, namun dari kesadaran waktunya malam berjaga untukku. Karena menunggu bukan keahlianku, ku undang malam bertandang ke kelopakku, dan malam menjawabku, katanya 'maaf, bertandang bukan keahlianku'
pati, 30 januari 2011
pati, 30 januari 2011
tarian paijo dan painem
paijo mencoba menanam padi, badai matahari
menghanguskan bernas padi yang baru mulai
berbulir, gosong, seperti roti hangus dipanggangan
hanya kali ini tak berasap
ah sepertinya matahari sedang belajar
menanam api, karena itu kita senantiasa
terbakar
painem sudah lama lupa caranya menanak nasi,
yang dipahaminya bagaimana menyulap api
menjadi sepiring nasi, karena itu dengan giat
dilatihnya tarian api yang menjilat jilat, bergelora,
menyulut dari ujung keliman ke keliman yang lain
hanya keahliannya tak membuat tangannya ikut
terbakar
paijo dan painem begitu fasih tentang api, panen
api, menuai api, menjaga api, menyebar api,
bergelut dengan api, bergumul dengan api,
menari di dalam api, semua demi api...
ada sirene meraung di kota, katanya
"paijo dan painem, terbakar hangus
tanpa asap, tanpa luka bakar"
pati, 29 januari 2011
menghanguskan bernas padi yang baru mulai
berbulir, gosong, seperti roti hangus dipanggangan
hanya kali ini tak berasap
ah sepertinya matahari sedang belajar
menanam api, karena itu kita senantiasa
terbakar
painem sudah lama lupa caranya menanak nasi,
yang dipahaminya bagaimana menyulap api
menjadi sepiring nasi, karena itu dengan giat
dilatihnya tarian api yang menjilat jilat, bergelora,
menyulut dari ujung keliman ke keliman yang lain
hanya keahliannya tak membuat tangannya ikut
terbakar
paijo dan painem begitu fasih tentang api, panen
api, menuai api, menjaga api, menyebar api,
bergelut dengan api, bergumul dengan api,
menari di dalam api, semua demi api...
ada sirene meraung di kota, katanya
"paijo dan painem, terbakar hangus
tanpa asap, tanpa luka bakar"
pati, 29 januari 2011
ini surat ke sekian, paitua
paitua,
entah mengapa waktu gagal
mendewasakan rinduku
untuk tak sepi
untuk tak sunyi
untuk tak terbengkalai
barangkali karena dadaku sempit
oleh pengembaraan rinduku
(paitua, senja di sini selalu tertinggal dari senjamu)
pati, 29 januari 2011
entah mengapa waktu gagal
mendewasakan rinduku
untuk tak sepi
untuk tak sunyi
untuk tak terbengkalai
barangkali karena dadaku sempit
oleh pengembaraan rinduku
(paitua, senja di sini selalu tertinggal dari senjamu)
pati, 29 januari 2011
adalah
Adalah siang yang mengajar, tentang terik dan hujan yang dikandungnya, dan arah pulang tempat angin berlabuh
Adalah siang, saudara tua bagi pagi, dan ibu bagi senja, mengajarmu arti legawa bagi keluh kesah yang senantiasa dialamatkan padanya
Adalah siang, untukmu dan aku, hidup
pati, 29 januari 2011
Adalah siang, saudara tua bagi pagi, dan ibu bagi senja, mengajarmu arti legawa bagi keluh kesah yang senantiasa dialamatkan padanya
Adalah siang, untukmu dan aku, hidup
pati, 29 januari 2011
musykil
dimana mesti kucari kata kata musykil, agar keluar dari barisan kata yang kau patenkan sebagai hakmu?
entahlah, tidakkah kata kata bagai burung yang merdeka untuk hinggap dan bersarang di ranting puisi yang dipilihnya?
kata adalah telur, yang menetas dan bersikap sesuai induk yang membentuknya
jika hijau hinggap di rumputmu, biarkan esok dia tumbuh di rumputku
maknamu yang telah, dan maknaku yang esok, jalan yang bisa kita musykilkan untuk bersua
musykilkah?
pati, 28 januari 2011
entahlah, tidakkah kata kata bagai burung yang merdeka untuk hinggap dan bersarang di ranting puisi yang dipilihnya?
kata adalah telur, yang menetas dan bersikap sesuai induk yang membentuknya
jika hijau hinggap di rumputmu, biarkan esok dia tumbuh di rumputku
maknamu yang telah, dan maknaku yang esok, jalan yang bisa kita musykilkan untuk bersua
musykilkah?
pati, 28 januari 2011
kupikir
di depan jendela
dalam sekian menit yang berlalu ini
kupikir kucari angin
sedang jendela tertutup rapat
kupikir hendak kupandang bunga bunga
sedang diluar hanya pagar dan pekarangan yang baru kusapu
kupikir akan kunikmati senja saja
sedang waktu terkatung antara siang yang kadung dan
senja yang prematur
kau tahu, aku berpikir seakan baru kulakukan
'sedang apa aku disini?'
kupikir aku tahu
aku rindu kau
pati, 28 januari 2011
dalam sekian menit yang berlalu ini
kupikir kucari angin
sedang jendela tertutup rapat
kupikir hendak kupandang bunga bunga
sedang diluar hanya pagar dan pekarangan yang baru kusapu
kupikir akan kunikmati senja saja
sedang waktu terkatung antara siang yang kadung dan
senja yang prematur
kau tahu, aku berpikir seakan baru kulakukan
'sedang apa aku disini?'
kupikir aku tahu
aku rindu kau
pati, 28 januari 2011
Langganan:
Postingan (Atom)