sepertinya benakku pecah berkeping keping, lalu badanku latah mengikuti ketika mencoba memaksa diri memunguti serpihannya satu satu, itukah yang terjadi ketika hujan sore itu, semata hancurnya hati langit atau saat daun daun gugur berserak semata remuknya niat pohon?
kau selalu muncul serupa pohon itu sayangku, terus tumbuh, dan tumbuh, dan aku ingin membayangkan diriku serupa tanah yang merangkummu, setia ketika kau tumbuh subur ataupun gugur dalam gigilmu, aku merangkummu dalam setia dan rindu yang tak mampu kugambarkan, entahlah apakah menyerupa kaki kaki meja itu atau pegangan pintu itu yang entah kupakai menutup atau membuka pintu
hari ini setia juga memelukku, sepertinya dia menyerupa tanah bagiku ketika aku serupa pohon baginya, dengan kesetiaan bagai kaki meja dan pegangan pintu
duh sayangku, benakku hancur berserakan
pati, 5 oktober 2010
Kamis, 07 Oktober 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar