harmony

harmony

Jumat, 30 Juli 2010

lelaki dan sasadara

semalaman dipandanginya langit, tiada bosannya,
disesapnya berbatang rokok, dengan asap berbuntal
yang diupayakannya menbentuk kata hatinya : lingkaran
rindu, bentuk hati, atau hanya bentuk bentuk semrawut,
terkadang berjam jam di malam sunyi berdiri mendera angin,
'mengusir keringat' kilahmu, atau bak super hero kau tunggangi
dinginnya fajar berbekal kail dan joran tak tersentuh bengong
memandangi sang dewi malam kembali keperaduan, dan entah
bagaimana seharian romantisme mengalahkan sinisme dalam darahmu
'ah, kau cantik bagai dewi malam, mukamu sebulat rembulan,
alismu menyabit setengah rindu, wajahmu bersinar bak purnama'
atau ketika dasanama sang rembulan menghiasi syair sunyi
dinding dinding kamar : oh, kartika kekasihku, wahai badra nan ayu,
oh sitoresmi pujaanku, duh sasi pemilik hatiku
dan hari ini dengan berbinar, kau berdiri di depanku
'aku telah menikahi rembulan semalam'
tiba tiba langit hanya dipenuhi bintang

pati, 30 juli 2010

requiem kata

kita selalu saja berselisih kata, memang terlalu banyak jalan tikus,
bahkan pagar pun mereka lindas buat lalapan, padahal kata kata
kita tak pernah mengenal tanah, jadi tak pernah kita pendam,
tak pernah mengenal air, hingga hanyut ke hilir atau pinggir pinggir
sungai dan dikail orang orang iseng, tak mengenal angin hingga
terkait layang layang lewat, namun entah mengapa mereka dengan
fasih berkejaran memetakan jalur jalur pelariannya
kata kata kita menjadi serupa mayat, pucat, basi, dingin, kesepian,
dan menyarungkan kafannya sendiri : pengingkaran
aku hanya berharap mereka tak mengganggu kita kelak dengan
berubah menjadi vampir kata yang menyedot darah pengertian
dan menghempaskannya pada kesalahpamahan
ah, kita masih saja berselisih kata yang meluncur dalam kecepatan
angin menjadi ular berkepala dua, beracun dan sungguh berlibido
membenih akar akar pahit dengan waktu panen mendahului musim
sudah saatnya kita menanamkan patok ke jantungnya, dan biar
hati saja yang mengambil alih

pati 28 juli 2010

lukisan mata

di matamu kau lukiskan atap yang rubuh, tiang tiang
yang tersapu angin, tembok tembok yang tumbang,
dan sapuan debu sesudahnya, betapa kemudian debu
itu menjadi selimut menyesakkan di bawah langit, serpihan
kaca kaca jendela tumbuh menjamur menjadi bisul di
seluruh kulitmu, dan kaupun rebah, kalah, membatu
kulihat perlahan dian dian itu padam
aku ingin melukiskan langit di mataku
langit yang menurunkan hujan, menggumpalkan debu
menjadi tanah, dan mengelantangnya menjadi batu,
batu untuk kau jadikan tumpuan dan kau mencair
diatasnya, menegakkan kembali tiang tiang itu
namun
di matamu tak kulihat mataku

pati, 27 juli 2010

Selasa, 27 Juli 2010

mengapa kau sembunyi?

aku melihat luka ditubuhmu, menganga
meneriakkan tuhan yang katamu jauh
dan hanya dekat ketika kau panggil
namun kau merasa tak pernah memanggil
hingga dia menoleh karena katamu
'suaraku berlari larian serupa bisikan'
ah kau yang sungguh takut akan dosa
dan menyapa tuhan pada pagi
lukamu yang menganga
kembali menyerukan tuhan, sssst
sungguh Dia kah yang kau panggil?
lalu malam, lalu sunyi, lalu diam
dan memandang kubur
dalam kengerian yang sangat
(sungguh, kubur itu berpenunggu
itu membuatku jeri, katamu)
dan kaupun memandang peraduan
serupa tuhan bagi jiwamu

pati, 27 juli 2010

akan kutetapkan di hari ke 8 minggu ini, adakah?

aku senantiasa menyuruhnya bergegas
tetapi mimpi itu datang merayap
dan selalu saja tiba atau hilang
tak seperti rindunya yang menggigilkan hatiku
menetap mengancam ilusiku
maka aku menyuruhnya bergegas
tetapi mimpi itu senantiasa merayap
mendaki pelan pelan bukit keinginan
berhenti diujung hari
lalu tiba dan hilang
aku ini bagai si dungu
menghitung tiap keping kemungkinan yang sama
putuskan saja, katamu
biarkan mimpi itu tiba
atau relakan lenyap!
tiba tiba saja aku serasa menggenggam
sebilah pedang
siap mengharakiri : mimpi !

pati, 26 juli 2010

padamu, kurangkum setiap embun yang mampu kurangkum

pada sebuah bangku hijau
yang berderit jika tergeser sedikit
aku tergugu melihatmu
duh, anakku
aku tak mengenal lagu denting pianomu
kalian bernyanyi sendiri di jiwaku
nyanyian gemericik sungai
nyanyian tunas di padang padang

pada jendela sebuah auditorium
kutebar senyum pada dunia
lihat, itu anakku
musiknya berbinar di matanya
lagunya adalah dia.....anakku
dan aku menari nari memetik matahari

pada sepotong nada
telah melimpah ruah pelangi
apa yang lebih indah dari buah hati
di hati ibu yang rebah oleh bangga?

pati, 25 juli 2010

sebuah kota yang setia mengukir kenangan

entahlah, masa kecilku terhenti
pada ingatan sebuah rok coklat tua
berhias segitiga tapak setrika
yang lupa diangkat
bau gosong
menusuk
tetap sama

berapa lama kau bisa lupakan sebuah kota
tempatmu dibentuk hingga mampu memilih
untuk tetap atau meninggalkannya
gambar gambar masa lalu yang terekam
dinding dinding putih yang diam, yang pernah
dalam suatu kurun berangan angan mengajar anak anak
tetangga tak beralas kaki belajar membaca tulisan
yang digores di dinding itu dengan sebuah arang

ah, sebuah arang yang harus tetap membara
tak peduli lengan kecilmu lelah, matamu perih
oleh keringat yang meluncur turun, dan bau
asap yang tetap menempel di rambutmu walau telah
kau cuci dengan sampo bubuk sachet yang ibu
siapkan di kisi kisi kamar mandi
ayam bakar pesanan tetangga itu harus matang

kota itu telah berubah kini, barangkali karena
sekarang dia harus mengukir kenangan seseorang
yang lain, bukan aku
gang gangnya menyempit bagai gambar gorong gorong
dalam lukisan seorang anak TK yang menggambarkan
saluran pembuangan wc, menyesakkan, semenyesakkan
gambar sebuah rumah berdinding putih
yang memerangkap ketakutan seorang anak :
siapa yang akan menulis dengan arang di dinding itu
jika aku pergi?

pati, 24 juli 2010

Jumat, 23 Juli 2010

frase 9

seseorang sedang membungkus paginya, dan
menaruhnya dalam plastik kedap udara, ditaruhnya
ke dalamnya rindu yang menyelimutinya semalaman,
mimpi yang setengah mekar namun tak berbunga,
segumpal cahaya lampu kamar yang hampir redup,
segenggam embun yang berhasil diraup tangannya,
sepenakar bisikan lirih cerita sebelum tidur, potongan
bintang yang tersisa di langit kelamnya, dan gelap itu,
gelap yang membuatnya menggenggam erat erat cahaya
redupnya, dibisikkannya sepenuh hati "temani aku kembali
malam nanti, jangan pergi bersama siang, aku takut angin
akan membawamu ke jendela kamar yang lain"
ditaruhnya bungkusan itu di kaki pintu, sebab katanya
biar kau dekat dengan derit pintu yang menyuarakan
hadirku ditengah kekosongan

pati, 23 juli 2010

aku dan naluriku

ada jarak antara aku dan naluriku
karena kemarin kami tak saling bicara
ke'aku'an yang termasing masing
memintal kemungkinan dari sudut berbeda
kupikir, aku rindu kau
aku rindu yang berteriak tidak ketika ya
yang menjeritkan ya ketika tidak
jadi bagaimana
hendakkah kita bungkus hari ini?

pati, 23 juli 2010

bella belle la la li li

1,2,3,4,...
Bolak balik kuhitung tetap saja kamar ini berukuran 3x4, dan selalu gagal menampilkan wajah biribiri nan lucu yang punggungnya menggendong peri tidur, ada apakah gerangan? Apakah para peri juga sedang berdemo anti bom 3 kg yang membuat tidur tak nyenyak hingga pekerjaannya sebagai peri kantuk mulai terancam PHK?

1,2,3,4,...
Aku lupa menghitung, berapa kalikah sebuah kereta harus langsir sebelum berhenti? Karena sesuatu di hidungku tak berhenti langsir maju mundur dan membuat kepalaku bagai siap meledak, apakah harus ku PHK juga masinisnya?

1,2,3,4,...
Jarum jam itu tak mematuhi ketukanku, berdetak sendiri dalam iramanya,sepertinya aku harus memulai hitungan mundur, siapa tau peri kantuk itu kembali

Pati, 22 juli 2010

Kamis, 22 Juli 2010

di bawah langit juli

pada langit juli, yang tak pernah kuharuskan biru
kugantungkan beribu kaitan harap, luka kah kau?
dibawah langit juli, mereka menemukan perhentiannya
air di riamriam yang tak sampai sumur kering, hujan
di balik bukit yang hilang dari musim tersapu angin,
angin di ujungujung ranting dan ikal rambutmu
memandang langit juli, aku berpikir perhentianku
pada lengkungan langit juli,
maaf, kupahat satu kaitan lagi di tubuhmu
siapa bilang langit harus biru untuk dicintai?
aku mencintai langit juliku yang berkaitan penuh
dan tak terbaca warnanya

pati, 22 juli 2010

maaf, kepalang

maaf, akan kumakan jarak antara kita
hingga berdaun lebat dipikirku
berbatang rimbun di jiwaku
berakar pinak di hatiku
tapi antara kau dan aku
: tak kubiar berjeda !!

pati, 21 juli 2010

serumpun serunai 2

6
keinginan yang tak memuara
melahirkan sungaisungai yang tak kering
sarat gelora rindu berarus deras
menghantam batu dan menggerus tepiannya

7
duka yang senantiasa kau belenggu
kau tarikan dengan setia iramanya
hujanpun kehilangan rinai
yang mengendap di sudutsudut kelopakmu

8
jika arah menghilang dari angin dan matahari
mengapalah juga kita mengukir rindu
tidakkah kita berguru pada daundaun gugur
yang senantiasa tau jalan pulang

9
kepada pagi pengumpul mimpi
yang gesit menyongsong mentari di ketaksiapanku
tak bisakah sejenak saja membiarkanku
bergelung malam yang fasih membungkam resah

10
ujung pensilku patah pada titik
baris ke enam puisiku
pada sebuah nama yang enggan
menjelma sosok yang kudekap rindu

pati, 21 juli 2010

kucium amisnya badai

masakah aku harus mencumbu bayang?
tamparan angin serasa lebih nyata
dari jauh kucium amisnya badai
degubku berpusing riuh
bagai sepatu kelinciku yang terjebak di pengeringan
tak bisakah kugembosi saja angin
biarlah ia melibas inginku

Pati, 20 juli 2010

serumpun serunai

1
kepulan uap terakhir pergi
melenggang tinggalkan genangan kopi
kabut di matamu tempo hari
jiwa puisiku yang tak pernah usai

2
aku berkubang genangan kata
punggungku menahan tiap hantamannya
kulekatkan lidah di langitlangit
kubiarkan kalam menyuarakan dirinya

3
sepotong roti tertinggal dan meremah
bekas gigitanmu menghias sisinya
betapa bertuahnya rindu
kugadaikan harihari yang tak ber-engkau

4
kepada langkah yang tak pernah surut
kutitipkan angin pemilik setia
hatiku menyerap rindumu
pada puisi yang kutatah di jiwaku

5
jalan ini setia menggamit rindu
menyapa orangorang asing yang menyusuri lorongnya
pada mereka kau titipkan dukamu
ke negeri asing yang tak kan pernah kau jajagi

pati, 19 juli 2010

tragis dan ironi itu ...

: kepada temanku O.B

tragis itu...
tubuh renta berburu mas putih di kerasnya batu dan hantaman
mentari, sekedar berkalung piring seng beremah dalam putaran
sirup merah di cangkir penyok, ironisnya...didandaninya leherleher
jenjang penikmat bumi di tengah gelimangan piringgelas kristal

tragis itu...
ditaruhnya nyawanya dibawah kakikaki yang berdesakan, liar
beringas demi amplop putih berisi harga beras lima kilo yang ditukarnya
dengan garis hidup anakanaknya sebulan ke depan, ironisnya...diabdikan
nya sisa hidupnya pada sang tuan, melap ujungujung sepatu tuan yang
berharga lima tahun hidup anakanaknya upah sang tuan bertepuk
tangan di meja berpendingin

tragis itu...
kau dan aku berebut udara dan mentari yang hampir mati, mengais
sisa sisa daging yang hampir punah di belukar yang makin jarang terganti
betonbeton tak berbuah diatas gelimpangan pohonpohon mati, ironisnya...
perutperut gendut itu tak puas dengan upeti bumi hingga disiapkannya barisan
kebijakan yang semakin memeras bumi bagai jarik yang dipelintir mesin hingga
keriput tak berbentuk

aku tak tau beda tragis itu dan ironis itu
keduanya bertumpang tindih bersebab akibat
sungguh ironis..
tragis memang !!

pati, 19 juli 2010

saweran

mereka bak raja dan ratu sehari,
bertahta di singgasana bersepuh,
ditemani dayangdayang mungil,
dengan bahu mereka berlekatan
terikat sebuah karembong putih
lantunan doa dan puji dalam butiran kata
ditabur diangkasa bagai tetesan hujan
berserakan....

' rindu', 'bahagia', 'setia', 'sayang', 'langgeng',
'penuh rejeki', 'seia sekata', 'saling melengkapi'
'pendamping suami', 'penopang istri'

orangorang disekeliling mereka
berhamburan meraup saweran yang jatuh
diantara irisan daun sirih dan bulir padi
tak tersisa...

ada satu butir kata sawer jatuh dipangkuan raja
ada satu butir kata sawer jatuh dipangkuan ratu
tanpa aba..diraihnya masingmasing
dan masingmasing tertohok
dalam genggaman raja : 'jujurlah pada istrimu'
dalam gengaman ratu : 'cintailah suamimu'
merekapun memandang malammalam hening dan tahuntahun sunyi

pati, 18 juli 2010

Minggu, 18 Juli 2010

dan

dan
kaupun memotong motong kata kata didepanmu,
kau sajikan dalam piring kertas yang lumat oleh
lengasnya irisan katamu, kau hias dengan sebatang
lilin permohonan, biar kau mengerti bebalnya hatiku
katamu

dan
kau tiup balon balon makna, warna warni meriah
membias, kau ikat dengan pita bersegel bibirmu,
memuat ribuan pesan di dalamnya katamu, pilih
saja satu siapa tau beruntung tanpa sengaja ada
sedikit irisan hatiku di dalamnya

dan
kau curahkan kebekuan kebekuan yang mencair
dalam gelas gelas plastik yang teklok oleh keharusan
memuaskan dahaga rindu yang tak pernah pada
tempatnya

dan
pestapun usai
(maaf katamu ini pesta pesanan)

pati, 18 juli 2010

sajak ziarah

Sebuah sajak sarat luka, berderet rapi menunggu sapa,
berwajah nyeri, bertangan kurus penuh cakar,
mengendap endap di belakang benakmu, telapak kakinya
yang sempit dan berkapal penuh peta jalan duka,
apakah sajak itu mewakili mata, mulut dan kepalamu?
Sajak mulai merapal dirinya, berbaju kebosanan
ketika kesadaran menjauh, hilang dan lupa berebut
mencari tempat, dan mulai diliriknya mati

Pati, 18 juli 2010

carpe diem

carpe diem, ....

apa yang kita ributkan sayangku,
betapa gaduhnya kita mengejar matahari
menggantung setiap asa di berkas sinarnya
yang menerobos masuk celahcelah dahan
menarilah bersamaku
seakan ini kidung terakhir yang kita dengar
mari kita petik tiap ketika
seakan semua habis dikala senja
bernyanyilah bersamaku
seakan langit kan hilang dan mentari redup
biar saja esok datang dalam iramanya sendiri

....quam minimum credula postero

pati, 17 juli 2010

carpe diem, quam minimum credula postero
= petiklah hari dan percayalah sedikit mungkin akan hari esok
dipetik dari ode I-XI Quintus Horatius Flaccus

Sabtu, 17 Juli 2010

diam diam

matahari muncul diam diam
takutkah ia pada rinai hujan
yang dengan riuh mengambil alih hari?
itukah alasanmu diam diam disana?
yang kau tak tau
aku berharap bagian dari diam
sayangnya,..diammu dan diamku
tak pernah muncul diam diam

dengan sederhana
senja datang diam diam

pati, 17 juli 2010

Jumat, 16 Juli 2010

permisi, ini puisi cinta


aku pernah menginginkan, menempelkan sekuntum melati
dikeningmu, hingga aku tak perlu mencuri waktu, untuk
sekedar menciummu, bukankah siasia jika wangi yang
menguar tak dihirup?

aku pernah mengangankan, menanam kapas di rambutmu,
hingga aku tak perlu mencari kelembutan, selama kudapat
sesering aku membelai rambutmu

aku pernah bermimpi, menyimpan mentari di dadamu,
hingga kurasakan hangat itu, dan senyummu mampu
mengalahkan diandian yang lelah

maka akan kubayar lunas semua harga untuk sebuah
ingin, angan dan mimpi

pati, 16 juli 2010

Kamis, 15 Juli 2010

pledoi seorang padmi

tuan, telah selesaikah dakwaan tuan?
ijinkan aku membaca pledoiku tuan,
tanpa plintat plintut atau plin plan :
"aku berkaca tuan, benarkah aku bak yudas
yang mengotori altar dengan kepingan koinnya?
tidak tuan, aku hanyalah padmi hati tuan yang
telah terbayar lunas maharnya,
aku tak bermuka ambigu bak keping koin itu,
dan berdiri dengan kaki mengangkang
diantara angka dan gambar, karena jika demikian
dimanakah hargaku?
aku bukan bunga raya seperti yang tuan syakkan,
namun aku hanyalah kupukupu bersayap patah
dengan amsal amsal yang termaterai diseluruh
tubuhku,
katakatamu tuan, menjelma ladu dalam jiwaku
maka biarlah waktu menegakkan dirinya
diantara aku dan kau, tuan
hingga aku labut berdiri dimukamu,
dalam asmaku"
demikian tuan, ijinkan aku mengakhiri
drama ini

pati, 15 juli 2010

kepada filia

kepada filia,..
sampaikah surat ku semalam? telah kulipat serapi mungkin
bahkan perangko yang melekatkan maknanya telah kusemat
jika tidak, biar saja suratku kali ini berbicara, didalamnya
kusertakan datadata hati yang kita belahbelah kemarin
bagus juga kita tak sempat menaburkannya hingga
tak berpohon dengan akar membelit tak karuan bahkan
menghancurkan fondasi hari, kesertakan juga fotofoto
mimpi yang selama ini kita mainkan pengganti kartukartu
poker dan cangkulan, seharusnya kartu uno saja karena
bukankah aku pemain tunggal, bukalah amplopnya hatihati ya,
karena aku membelinya ketika langit masih biru, dan diujungnya
kuselipkan kembalian katakatamu, sudah kubilang terlalu lebih,
maaf, terima dengan tulus, walau surat ini tak bisa kau pakai jaminan,
atau kau ubah sebagai surat gadai, paling bisa kau tempel di jendela
jiwamu seperti stiker data statistik, terima kasih, salamku
N.B. : aku tak menulis 'EGEPE' tapi sungguh "AGAPE" ,
dan mimpi terakhir kita kupinjam sebentar ya, kugantung di dinding
hatiku yang tersisa sebagai penolak bala

pati, 14 juli 2010

terinspirasi setelah membaca puisi Ganz Pecandu kata yg indah :
"pelaminan yang tiba cinta yang tunggal"

Rabu, 14 Juli 2010

kulumat katakata hingga pedas

namamu telah salah kueja, seperti aku salah membaca
angin, yang memuat sangarnya tajin, ketika kusangka
sekedar obat kurap, sungguh semata karena pelat,
lupa rasa cabe, yang kuangankan pengganti liontinku
yang hilang, jadi jangan sarankan yang lain,
sebentar hendak kuukur dahulu ubin yang mampu
disinari sebuah bola lampu, atau benar katamu
biar saja remang hingga tak ada batas itu,


pati, 13 juli 2010

sekejap kubiarkan kuluruh

: buat innov, sandaranku

aku tak sanggup mengurainya sendiri
membedakan warnanya pun aku tak mampu
aku hanya tau terbelitnya jauh dalam diriku
mengabur bersama kepedihan
berderik membuatku sesak
gambargambar kenangan itu robek
aku
tak mengenalnya

(atau diriku kah yang robek
dan tak dikenal?)

pati, 13 juli 2010

Selasa, 13 Juli 2010

tak bisakah kau pandang kesejatianku?


aku sebuah bangku di keheningan

orang orang lalu didepanku
riuh mengukur jarak sepatu
redam mengukur beban
dan kemudian ditaruhnya diatas tubuhku

aku sebuah bangku di keremangan

orang orang hilir mudik di depanku
mengejar bayang yang memendek
mengukir bayang yang memanjang
dan dipahatnya di tubuhku dengan pilox bersinar

aku sebuah bangku di keramaian

orang orang berkeluh kesah didepanku
memaki ludahnya sendiri
menjilat debu yang melekat pada matahari
dan ditendangnya tubuhku dengan sepenuh geram

aku sebuah bangku di sejatinya
dan orang orang melupakanku di kesejatianku
mari silakan duduk...

pati, 12 juli 2010

Senin, 12 Juli 2010

atas nama rindu yang berpuisi di tinta kering

rautmu aneh...
bagai nisan disudut kota
yang diatasnya terukir dalam
grafiti "matinya rindu"
maka kubenamkan bulan
di gelojoh aliran got

pati, 12 juli 2010

Minggu, 11 Juli 2010

kusunting dosaku

tanganmu menawarkan anggur
menyihirku dalam irama yang belum pernah kujejaki
aku darah
kau darah
aku, kau, berteriak dalam diam
menuju tingkap bumi yang terbawah
semenjak adam menggigit buah terlarang itu
kau dan aku bagai berlomba
mencari gigitan separuh yang tersisa
oh hawa...aku meremas tanganku
bergelantungan dalam silsilah dosamu

pati, 11 juli 2010

musim

Aku disayang ibu...
di tengah pasar diantara los baju berbal bal beraneka warna dan musim sepuluh ribu tiga
lucu, aku dapat satu rangkaian, baju musim panas, gugur dan musim salju
kutanya ibu, kemana larinya musim di kampung, karena tak kutemukan di pasar ini
Aku disayang ibu...
pada musim panas terik, ketika kami kehausan mencari tempat berteduh, atap rumah kami runtuh
pada musim gugur, ketika daun daun depan rumah jatuh kering meranggas, handai taulan, sanak keluarga gugur satu satu dan mulai tak mengenal kami
pada musim salju, ketika dingin malam membekukan tulang, dibawah tatapan orangorang yang dinginnya melebihi es membeku
Aku disayang ibu...
kutanya ibu, kenapa tempo hari kita lupa membeli baju bekas musim semi, hingga aku dapat berkhayal pohonpohon depan rumah kontrakan bisa segera bertunas, berbatang besar, hingga dapat dibuat pintu jendela dinding lantai dan atap rumah baru
Aku sayang ibu, dan kukatakan padanya, aku rindu musim di pasar kampung

Pati, 10 juli 2010

---komen 2---

diciptakanNya aku dan kau serupa unta
berpungguk beban
hingga dalam saratnya kita terseok meniti bumi
setiap langkah tersadari
betapa ajaibnya ayunannya
ah, kau dan aku serupa bebal
senantiasa lupa wajahnya di cermin
lihat pekik kita : ooohh angkatlah punggukku
lupa
itu yang menahan kita berjalan di teriknya padang

09072010
(frase pendek: aku,kau serupa unta bebal)
--komen puisinya Jangkrik T'shirt :Tuhan,...aku t'lah melupakanMu

frase 8

sepertinya ada lelaki
yang mengejar hariharinya yang lalu
dikepitnya dalam satu lipatan
hingga bingung menyerupa
sesaat menjadi suami, sesaat menjelma kakek
sesaat serupa ayah, sesaat menjadi kekasih
sesaatsesaat yang lain kemudian tersadar dalam histeria
betapa ia telah lahir prematur

pati, 9 juli 2010

---komen 1---

batu karang
kokoh dan sendiri
memilih kesejatiannya dalam diam
benarkah?
lalu apa yang hendak dikata...
tentang cerukceruk buih disekujur dadanya?
diam terkadang bukan sunyi
bahkan camarpun menjeritkan gemanya


(frase pendek: batu karang yang memilih sunyi)
--komen utk puisi Jangkrik T'shirt :sepiku
08072010

ini bukan kredo yang retak

Serupa sore melepas sinarnya
Aku akan diam
Juli telah menjauh
Dan bukan saatnya bermimpi
Diluar gerimis hanya musim yang kehilangan kerangka
Seperti rindu yang tak tentu arah

Pati, 8 juli 2010

frase 7

di pematang aku berpikir tentang petak
petak yang merekah pecah di tanah
yang seharusnya berpadi
petak di sekujur kakimu ketika tanganmu
sibuk menyumpal hatimu yang retak
aku disini kawan,
mengukur pedih yang meretakkan senyumku

pati,.7 juli 2010

Selasa, 06 Juli 2010

frase 6

aku mengingatmu...
seperti sebuah mimpi aneh yang secara absurd benak kita
bersuka ria atasnya, menolak mimpi indah yang ingin
diingat, lucu, ketika landasan selsel kelabu itu telah kita
stel sedemikian rupa lewat doa harap dan ayat ayat
tuli ini tetap bertahan atau hanya sunyi diatas sunyi yang
canggung? ada baiknya pembelajaran quilt itu hingga
compang camping tak lagi nampak bagai comberan
kelak ketika kelam malam tak lagi membuatku melihat
ruang antaranya, kukawal benakku dan kuusung dalam
jiwa....

pati 6 juli 2010

quilt=selimut perca

frase 5

ada sebuah ruang di hati yang selalu berhantu, hantuhantu
berbayang masa lalu, hantuhantu yang menyerupaimu.
seringkali dia hadir ditengahtengah puisi, hingga mentaripun
meredup dalam tubuhnya, angin membeku dalam lengannya.
hari ini sebuah puisi tergeletak di balik pintu, menungguku,
dihidupkannya kembali hantuhantu itu, berpestapora di
puisipuisi lama dan mimpimimpi awal juli yang meruah.
mungkin saatnya aku merepih gamang, berhenti mengejar
bayang hingga mungkin dia berhenti mengejarku, dan kami
berhenti saling menyalahkan. tubuhtubuh puisi yang berserak
mulai mendingin, kesadaran menggunting di tengah, puisi ini
untukku sendiri ternyata, dan mulai kudengar soraksorai
bayangbayang itu dibalik punggungku

(jika kutulis bawang putih, cabe merah, peniti, gunting,
lempuyang, dan mentatokannya didada puisi dan sekujur
lengannya, akankah hantuhantu itu lenyap?
ah, kau tak sebodoh itu kan?)

pati, 5 juli 2010

frase 4

Seorang lelaki terpesona pada pelangi, 'aku sepi, lelah dan tanganku kelu' maka diambilnya busur warna itu, ditaruhnya dalam sakunya. Hari yang membawa dirinya dalam perjalanan waktu, membuatnya menyobek warna merah sang pelangi serta ditaruhnya pada pipi gadis hati 'aku ingin mencubit pipimu dan tak selalu harus mencari warna itu', dipandanginya senja di pekarangan yang warnanya tercuri jerukjeruk masa lalu yang tak mampu lagi dibelinya 'diamlah wahai jingga, pelangiku tak lagi memerlukanmu' maka demikianlah kuning yang ditaruhnya di pintu tetangga, hijau di rerumputan yang telah seminggu busuk, biru di senyumnya ketika dilihatnya dicermin itulah senyum termanis, nila ditinggalkannya di dada seorang gadis yang telah membuatnya lelah karena mengharuskannya menggambar mentari setiap pagi. Hari ini dia bertemu denganku, 'tolong, jangan kau ambil ungu ini karena tak mungkin aku telanjang' katanya
Semarang, 4 juli 2010

doea djoeli

aku teringat sebuah pagi,..ketika sebuah kaleidoskop terletak di genggamanku
"itu hadiahmu, nak" ketakjubanku bertahan sampai kini, tak habis pikir,
potongan kaca warnawarni mampu membentuk formasi indah hanya ketika
kuputarputar letak teropongnya
"ini hadiahmu, nak" Dia bangunkan aku pagi ini dengan sebuah teropong
kaleidoskop maya di tangan ku, kulihat di dalamnya kelebatan hidupku,
berputarputar dalam warnawarna yang menakjubkan,.takjubku
membuatku bertelut,...betapa indahnya bentukbentuk yang telah Dia buat
dalam hidupku

pati,..doea djoeli doeariboesepoeloeh

sahabat, handai tolan, keluarga adalah warna warna menakjubkan dalam hidupku
terima kasih

frase 3

kupilih puisi ini untukmu, puisi yang memilih kerangkanya sendiri
kutempel di belakang selembar kartu pos bergambar sunyi
yang ketika kukepit dalam sebuah tas dinginnya membekukan
ujungujung jari..apa kiranya yang akan ditemuinya?
selama ini yang ditemuinya hanya aku yang rajin merubah aksara
melafalkan yang meruah di hati menjadi rasa yang terbaca
melafalkan nuansa warna yang memenuhi selaput pelangi matamu
kugambar bulan..sebuah bakung merah..dan kepak burung
kepada siapa mata kita berlabuh ketika kita harus berpaling
ugh..ujungujung kartu ini menusukku
dan warna bakung melimpah dijemariku

pati, 01 juli 2010

frase 2

aku memahamimu....
selayaknya batangbatang pohon mengering yang kulitnya tertoreh
grafiti lambang cinta, selayaknya buihbuih ombak yang senantiasa
kembali terserap pasirpasir pantai jenuh, seyogyanya bangkubangku
sepanjang peron menghitam dingin dan penuh tulisan ucapan cinta,
sewajar pemahaman daundaun menyambut hembusan angin yang
menghantarnya melayang rebah ke tanah basah, selayaknya
embun yang menguap di tepi daun sebelum sempat menyapa
kerinduan rerumputan, selayaknya serumpun pisang yang
menghantar buahnya untuk kemudian mati
aku memahamimu....selayak pagi melepas sang malam

pati, 30 juni 2010

frase 1

tiba tiba saja, kami selalu memiliki bahan percakapan tentang pagi, siang,
malam, : dan waktu diantaranya yang begitu saja memunculkan puisi, kata
kata pada kelopak bunga, kepak angin, dan hembusan awan. "ketuklah jika
berpintu, masuklah jika bertirai" dan sepertinya masih kudengar langkah
yang mengeja jarak merentang kelambu maya. demikianlah maka ketika
kelopak bunga menghitam, angin melipat sayapnya dan awan mereka
ambil mengisi sumur sumur kering mereka, kami selalu memiliki detik jam
di nadi kami, dengan kumpulan abu menempel diujung lidah. dan begitu
saja topeng topeng dagelan terpasang walaupun sebenarnya bara di udara
yang mendingin bukankah topeng topeng yang terbuka?
tiba tiba saja, kami tak mengerti ejaan setiap kata

pati, 29 juni 2010

sekali waktu

sekali waktu aku bertemu denganmu
mari..sapamu
biarkan aku mengantarmu

membelah angin dengan mata terpejam
menerjang lolongan marah klaksonklakson singa lapar
membalas tantangan raungan motor
haa..kau membuatku merasa seperti goliat
dengan ketepel kayuhan pedalmu
(maaf aku goliat kerdil bersembunyi
dibalik punggungmu yang menenteng matahari)
ada waktu ketika aku bagai noni belanda salah kostum
melaju menuju kota tua istana terkubur
ah betapa angkuhnya tempatmu bernaung

sekali waktu aku bertemu denganmu
kau beri aku hidup meluncur bersama angin

pati, 28 juni 2010

(kali pertama aku naik ojeg sepeda ibukota)

aku membodohi diriku, aku tak kehilanganmu

dik,..
biarkan melalui kenangan aku melihatmu
berdiri dilengkung pelukku
berdiam diujung pandangku

(kulipat rentang dan jarak dengan pita ungu
kugantung pada rantingranting tempat angin lalu)

pati, 28 juni 2010

plateau

aku terpana....
sejauh mata memandang bahkan hingga titik butamu, hamparan perkebunan
menyisir lereng lereng dan punggung punggung bukit dengan sengkedannya
yang sempurna seakan diiris silet silet raksasa kasat mata. kejayaan upaya
manusia menaklukan dirinya dan alam.
aku tak tau...
haruskah aku bangga sebagai klan manusia diantara bukti karya peluhnya
yang luar biasa ataukah tersenyum miris dibawah tatapan menusuk sang
sindoro-sumbing
aku tertegun...
mari katamu, kita menuju puncak hamparan dewa tempat candi candi
yang seakan terusir dari alammya diantara gembalaan ternak dan masih juga
perkebunan yang menyilet lansekap
aku terusik...
lamat lamat dieng dibawah kakiku menjeritkan luka dan pedihnya, keringat
embun yang mengaliri pembuluh dan kulitnya tak lagi asin namun pekat
oleh pestisida dan fungisida
aku menggigil....
dihempasan dingin dan terik yang menyengat yang tak mampu lagi
kubedakan

dataran tinggi dieng, 27 juni 2010

wonosobo

Terlelap sepanjang jalan berbatu dan berlubang yang kau tempuh dalam kesunyian,
membuatku merasa terlempar dan tak tersapa malam. Terjaga pada pagi dalam
teguran angin yang membelaikan dingin di sepanjang lengan dan rasa yang menusuk
nusuk perut.
Kau, selalu saja siap dengan senyummu, membawa sarapan roti bakar yang telah
teriris jarak daiantaranya. Sepertinya mentari leleh diantara selainya yang lengket
dan menyeringai tabah.
Berapa banyak waktu kita duduk bersisian di trotoar pada pagi di kota entah,
memandang orang orang yang entah, berlalu lalang menuju entah, melalukan
entah, untuk entah. Yang kuingat ada waktu ketika kita saling pandang dan
tersenyum seraya berpikir : kita ini sedang apa..? entah...

jadi apa kita tetap akan mencari ketan biru, kue mangkok cangkir, cithak,
mie ongklok, tempe kemul, trasikan dan lapis?
hmmm

wonosobo, 27 juni 2010

solilokui

Tarian sunyi yang kau paksa masuk jemariku membuatku
termangu. Aku terdiam mencoba mengimbangi ketukan
pelog dan salendromu yang terasa makin tak selaras dengan
gerak riuh yang kubuat. Gendingnya membuatku semakin retak.
Bungkam, jiwaku berbicara membahana, meniti menara menara
sunyi yang membangun pencakarnya sendiri. Dindingnya merefleksikan
dawai yang melenting kehilangan irama. Kata kata sunyi makin kehilangan
alurnya. Tergugu, hatiku mencari degub yang tercecer di sela ketukanmu.
Satu...
satu..
pencakar pencakar itupun rubuh.

bandung, 25 juni 2010

yang ingin kubagi denganmu

ada yang terlanjur tergambar tanpa sempat tersketsa
karena kadang tak diperlukan detail
tak diperlukan nuansa
tak dibutuhkan gradasi
tiba tiba saja yang tak sempat terurai
menjadi sebuah gambar utuh
(perlukah kita kembali ke semula?)
waktu akan menyeret semua bersamanya
setiap kelokan jalan yang kita coba lukis
atau setiap daun jatuh yang mati dan membusuk
(apakah kau harap aku kembali ke semula?)
jadi sebenarnya
ketika kita menyadari ketakperluan itu
mengapa pula kita risau?

jakarta, 24 juni 2010

sisi lain

perempuan dalam belantara hatinya
keinginan tak berujung pada mata lapar senantiasa
sepatu tas impor atau tiruan ber-kw
entahlah batas yang mampu ia tentukan
ratusan ribu...jutaan...lebih?
tak mahal katanya

perempuan perempuan duduk berjajar
pada bangku bangku plastik berwarna
menyerah kalah pada panggilan bumi : lapar
rujak juhi, tahu gejrot, toge goreng, laksa,
kerak telur, rujak bebeg, siomay, kue leker,
es lilin goyang, ketan bakar,asinan, bakso

lucunya disinilah ia tau batas
ketika semangkuk tahu gejrot
berharga sepuluh ribu otaknya berubah
menjadi sempoa bahkan kalkulator
mahal katanya

jakarta, 23 juni 2010

bukuku bermerk 'letjes'

di pasar malam yang setia mewarnai kota
anakku merengek air sabun yang bisa ditiup
membentuk gelembung gelembung sabun bening
merah, orange, kuning, biru, hijau dalam botol bekas film
30 km dari situ
di pasar modern gemerlap yang setia mewarnai kota
anakku merengek air sabun yang bisa ditiup
membentuk gelembung gelembung sabun bening
kuda, robot, ayam, pistol, kurakura, bebek
dalam harga satunya bisa untuk membeli
dagangan air sabun dipasar malam dengan rak raknya
30 thn dari situ
adikku merengek air sabun yang bisa ditiup
merah, kuning, ungu dalam tempat sabun colek bekas mak
dan air sabun bekas mak cuci piring
yang ku remas dengan kertas krep
atau sampul buku unguku yang menipis
bermerk 'letjes'

pati, 22 juni 2010

kau membuka mataku

ah pantas saja tak ada tanda baca pada tulisanku
aku lupa membuka jendela dan membiarkannya masuk
sekarang pantas saja tulisanku terlalu banyak tanda baca
aku lupa menutup pintu sehingga mereka membludak bagai bah
ah pantas saja kata berikut tandanya menghilang
aku lupa
aku tak berkata tak bertanda tanpamu

semarang, 20 juni 2010

c'est la vie

ayangku....
peraduan kita telah tipis
tengoklahpohon randu di halaman
yang kau tanam tempo hari
telah siap dituaikah ?
karena rindu tak lagi cukup
mengalas lelah kita

rembang, 19 juni 2010

ketiadaan yang kuresapi

diantara deretan lilin yang berjejer
dari tempatku duduk
hingga panggung hitam di depan sana
aku teringat padamu
dan kata yang menggantung di udara
: aku tiada diantara adanya mereka
yang selalu ku 'ada' kan

semarang, 19 juni 2010

katakata itu berkata : katakan katakata tak terkata

aku kehilangan katakata
katakata hilang dalamku
tenggelam dalam sunyi
kalut dalam diam
ketika mereda
hanya tersisa : aku

pati, 18 juni 2010

nadir

titik nadir.....

seperti harapan gadis kecil yang terhenti di peron, menunggu kereta kenangan
ibunya yang ternadir di depo ujung rel terjauh. jakarta bandung dengan ujung
hidung menempel di kaca keruh kereta, melihat ekor loko meliuk tergopoh gopoh
mengikuti gerbong depannya. gadis kecilku dengan mata berbinar, menunggu
setia di kursi, bersama kenangan yang mengabur, dan sejenak berhayal menjadi
indian yang mampu mendengar kedatangan kereta mimpi dengan menempelkan
telinganya di mengkilatnya rel.

seperti menunggu sebuah rangkaian syair sajak sajak sahabat menyentuh jiwa
yang telah menjadi puisi terindah di taman Tuhan. merindukannya dengan segenap
kenangan yang berlari lari di sela sela pohon kelapa dan perjuangan menyuapi gadis
kecil. puisi puisiku katamu yang tak akan pernah habis dengan bola mata berbinar
mengalahkan bintang

seperti berusaha menghapal setiap langkah yang diambil serombongan anak,
diantara pematang sawah dan titian kecil sungai yang telah bertransformasi
menjadi belantara beton pilar dan dinding tak berujung lengkap dengan lolongan
deru raja raja jalan di kepulan debu yang tersaji melimpah dan gratis bagi percepatan
kenadiranmu

titik nadir...seperti saat ini, ketika berdiri di titik ini,..mengenangmu

pati, 17 juni 2010

kwek

seekor bebek kelelahan, meleter seharian, dipagutnya cacing
yang berkeriapan di ladang orang, kwek kwek mengapa kau tanam
cacing disini, kwek kwek sedang murka pada siapakah kau buang cacing
kwek kwek
seekor bebek kelelahan, mengejar ngejar semalaman, lengkung sabit
kebun orang, kwek kwek mari pelangi hiasilah punggungku, kwek kwek
datarkan saja serata pipi nona, kwek kwek boleh kupagut betismu ganti cacing
kwek kwek
seekor bebek kelelahan , meleter seharian, kwek

pati, 16 juni 2010

origami

sebuah waktu terlipat di susut jiwa
bersugesti bagai kupukupu
ringan melayang menyentuh pelebaya
meraup sejauh ia dapat
nektar nektar rindu yang kau sebar begitu saja
dan begitu saja ia berubah menjadi ulat
rakus menggerogoti hatimu
maaf
kelak kan kulipat ia
sbagai sebuah bangau harapan

pati, 16 juni 2010

jurnal jurai

kau datang sebagai hujan, kusimpan kau disudut mataku,.di sebuah ember
yang setia menampung setiap tetesan. ada hari kau datang bagai bunga rumput
halus dan ringan , meninabobokan bercerita tentang rindu seringan bulu. ketika
kau datang sebagai angin , flamboyan dengan lidahmu, kutaruh setiap syair dalam
benakku menatanya sebagai gambar. hari ini kulihat kau sebagai batu kerikil,
tajam dan menghentak, harus kutaruh dimanakah...aku tak mengenalmu.
aku hanya mengenal sakit itu, yang kau susun bagai arca disekelilingmu,
sakit setajam luka. kubuat sebuah jurnal yang setiap jurainya kau.

pati, 15 juni 2010

waktunya waktu

aku menstel weker sebagai tuan atas waktuku. waktu yang sebenarnya juga bukan milikku.
padahal matahari menawarkan jasanya tanpa perlu aku bersusah payah. kerikil yang
tertendang tetap ditempatnya membatu. daun gugur yang kuratapi kemarin telah terganti
tunas baru yang indahnya melebihi dukaku. waktu yang menjadi tuan selalu selangkah di depan
khawatir dan bodohku. uban di pelipismu kulihat bagai bendera kemenangan. untuk setiap
senyuman dan gumaman yang diprakarsai waktu. waktu hari ini menawarkan dirinya menjadi
pedal sepeda statis yang kugoes dengan peluh. waktu selangkah di depan aku tetap diam
di tempat. rantang kosong penjaga pintu mengkilat minta diisi. kerikil yang kutendang
ternyata terpental dan serpihannya menembus empeduku. tak bisakah waktu yang kau tuankan
memberiku detik beberapa saat lebih cepat hingga aku mampu lebih bersiap? lihat bayangan
awan selangkah lebih cepat dari jemuran yang kugantung. ah debat tentang waktu...waktu...
waktu membuatnya lebih mencibir pada bodohku. jadi sampai mana kita, biar saja waktu
yang berbicara, meluncur disepanjang rel mati yang entah kenapa ingin sekali aku duduk
dan bergaya disitu untuk kau abadikan di sebuah waktu.

pati, 15 juni 2010

alinea 5

sinetron sinetron berdisplay nonstop tak henti ditongkrongi
anak anak yang entahlah apa bisa memisahkan yang riil atau maya
dan aku hanya heran ah kehidupan yang dikacakan memang tak pernah aus
tak seperti layar kacanya yang teriak minta diganti. sesaat tadi ketika
dalam perjalanan pulang sepertinya aku ,melihat para tokoh sinetron itu
disepanjang jalan, hanya bedanya barangkali saat ini sang sutradara
membebaskan mereka sebebas bebasnya untuk berekspresi hingga
tak akan ada tulisan di matamu: episode 1, episode 2, episode 3,..barangkali
yang ada hanya tamat, the end ketika mereka lenyap dari depanmu.
jadi saat ini didepanku yang ada hanyalah langit sang latar dan sang lakon.
bapak tua menyeret gerobak berisi komidi komidi putar kecil, dua anak
tidur dengan lelap dibawah bintang disamping lapak pecel lele, si badu jagoan
pasar dengan asap mengepul dari mulutnya dan tato lumba lumba di bisep,
dan si ijem yang sedang memakai topeng bergincunya,...ah jangan lupakan
sang lakon penentu : aku....penonton setia.

pati, 14 juni 2010

hanya kabar dari pati

ada sederet kata pada layar monitor yang menyeret senja memuntahkan
paginya. katanya rasa sayang itu bisa menghibur batu dan berhasil membuat
sibuk mata yang terasa perih. katanya menjadi baik bisa memahat awan dari
uap hidungmu yang tersetel dari jam satu pagi. ditanamnya kerancuan pada
setiap leleran kata yang bagai mantra mendelik pada penikmat sepi. ketika
ikan ikan telah kehilangan sungai dipasangnya api sebagai pengganti air sebab
katanya aha betapa memalukannya sungai memilikimu. bayangan senja sejelas urat
urat biru disepanjang leher melegam ketika buih ludah memenuhi cangkir teh.
gunung beku itu seperti menggali lubang sepinya sendiri menyobek perutnya dan
menghamparkannya disepanjang jalan yang dilalui burung. katanya aku merendam
tanganku pada kabut kelabu dan kakiku pada batu batu yang tak bergeming ketika
mantra belum terucap : berpindahlah. maka biarlah aku memahamimu sekabur
deretan kata stensilan yang luruh ketika tintanya mencium air.

pati, 13 juni 2010

beuh ...bingung

sebuah ceruk giat menggali liangnya
tiarap katanya
karena bumi akan runtuh
ditimpa bola berpendar
aku tak bergeming
pikirku : biar saja bumiku runtuh
selama dia meledak bersama pendar
menjadi jutaan kerlip cahaya kotong
di duniamu yang koyak
ceruk dan aku
saling bingung berprasangka : siapa yang mengigau ?


pati, 12 juni 2010

kutantang keterjagaan : maheratkan praduga obsolet !!

waktu meninggalkan mafhum
memacu jantung pada keterjagaan
bisa atau tubakah empedu sejatinya?
buat hati yang limbung
telah kau gubahkah sajak
yang menghitung detk detik
yang melaju pada : kosong

bunyi derik ranting patah memekak
ketika kusiangi jiwanya dalam kelam


: pada pojok kitab bijak arkais
tanda seru berkedut pongah
sepongah praduga obsolet
yang tersaji diatas pinggan perak
kau...bermaherat dalam liurmu
padam..legam

pati, 11 juni 2010

kuratapi kau

aku meratapi ubur ubur
yang memaksa masuk ke dalam kepompong
bukankah itu janggal?
telah kukatakan
: aku jatuh cinta pada beningmu
bukan pada warna warna sayap
yang janggal jika kau punya

aku meratapi ubur ubur
tak ada habisnya
ketika ia tak lagi sederhana

pati, 10 juni 2010

sebuah kyrrie di bulan juni

kutulis sebuah puisi
sesuatu yang dapat kau pahami
ketika langit membiru di lengkung pelangi
kuharap hatimu mampu mengerti
ada pagi, ada hari yang senantiasa sunyi
ketika kata tak mampu lagi berbagi
secuil sinar mentari ...di sudut hati
bodohkah aku yang senantiasa bermimpi
kau pergi menisik elegi

sebuah bahtera kyrrie
melarung kata tak bertepi
ketika hidup kembali berparodi
tetapi kau sayangku,..membuat hari berjatidiri

pati,10 juni 2010

(i'm so proud to be your friend,....thank u...:) )

tidurkah aku ?

aku menyimpul derap laju angin
biarlah berhenti merobek udara
yang perihnya menyayat dinding hati
membuat jeri

jangan kau belah bintang
dan kau larikan kilaunya
atau jejak akan mati
pada perhelatan yang tertinggal

tersenyum pada matahari
bukan kealpaan namun bertahan diantara deru
karena tangis darah rinai pilu
telah bersaksi pada diamnya dinding

pati, 09 juni 2010

kelotok

diatas kelotok aku melihatmu
mewarnai senja yang sebenarnya tak perlu
ah,...mata yang membuai
senantiasa melihat gelas setengah kosong
bukannya setengah isi
sudah kutuang air mataku dalam senja itu
hingga pagi tau diri dan tak membawanya kembali
dalam embun ataupun kabut
mari sayangku,...kita ikat saja lembar lembar hidup
kita rekat dengan kecupan yang menyembuhkan luka

kau , yang kulihat seadanya kau
tolong puaskanlah melihatku
andai aku menguap dan sukmaku berderap pergi
kau tak berjarakwaktu denganku

cat : kelotok=perahu kelotok

mohon maaf pada teman yang tak tertag,. semata mata karena kertebatasan tag, silakan masuk dan memberi kritikan pada note saya yg tak berpintu, trm ksh

pati, 08 juni 2010

kelindan

kupegang pinggir pagi ini, walau mendung kelabu,
toh aku tak bisa menyuruhnya pergi, selain terima kasih
telah kau bawa awan yang hendak kupakai nanti siang,
jadi kan kurengkuh pagi nan senja dipinggir hari

tentang waktu tentang masa
tentang hening tentang riuh
siapa berpegang kemudi?

kesenyapan tak mungkin kau sapa hidup, ungu pelangi
tetap ada setelah nila biru hijau kuning jingga merah,
kelabu hanyalah senja tak berbatas, toh hitam juga yang mendekap
menyisakan semua yang kau kenakan di balik pintu, untuk
kau sapa esok..selamat pagi

tak usah kau retas awan atau kau resik kelabu,
toh cinta akan terus hidup, di degub dadamu yang tak mungkin
kau simpan dibalik lemari yang setiap lacinya telah penuh
dengan segala yang kau jejalkan disana, yang tak mampu lagi
kau bingkai dan suatu saat kau usik : hai kenangan luruh

tentang hari tentang sore
tentang tunas tentang daun gugur
siapa berpegang kelindan?

pati, 07 juni 2010

hari ini

aku hanya ingin melihat mercusuar
masihkah menjulang sendiri ?


melaju dalam riak
membelah gelombang menuju petir
sapaku kutaruh pada pasir
kucari mr. sponge pada patahan terumbu
diantara ganggang merah membusuk
yang ada hanya kau
dan serumu...mari candailah putihnya pasir
yang bisa kau sentuh dibawah sampah laut

aku hanya ingin melihat bagan
masihkah tempatmu menyendiri?

pulau panjang, jepara 06 juni 2010

riam

kutulis buatmu
yang tak pernah menulis buatku

aku menyelinap sehening embun
tak terpahami kecuali oleh rumput
ketika air mengalir jauh
dan akar meranggas dalam rindu

betapa indahnya noktah
yang kau gelembungkan menghalangi cahaya
memang bukan teduh hanya redup
namun awal sungai tak berambang

kumasygulkan riak yang hilang
ku mahfuzkan titik riam yang menghanyutkan
namun tetap tak bersyarah
dimana kita memuara?

kurimakan hatiku buatmu
yang tak pernah merimakan hatimu untukku

pati, 05 juni 2010

tiga itu aku, kucing dan tikus

kucing tetangga tak berbelang mengeong tiga kali
membulatkan mata bak gundu berkilau
dengan bodohnya dibiarkannya tikus
lalu dihidungnya dan beria ria dengan sandal jepitku
aku....?
terdiam dan terpaku
kesadaran itu merajamku
:aku payah dalam kelu

duh,...dimanakah kau?
dan mulutkupun mulai melantunkan
jampi bagai kaset rusak

datanglah kau....datanglah kau...
datanglah kau....

kucing dan tikus
hanya beranjak tiga depa
ketika ku hush hush hush
namun rinduku padamu
melesat tiga abad

pati, 04 juni 2010

Senin, 05 Juli 2010

aku


aku membaca diriku
bagai pelanduk menilik raut mukanya
berkaca pada permukaan kolam keruh
kutemukan sebuah lautan
rindu
harap
cinta
melebur dan tak beriak

bukankah pelanduk bodoh
lalu angin pun terbahak bahak

pati, 03 juni 2010

dua sisi


sebuah gelas bening
berkaki tak bertatakan

kosong....sia sia...dingin...terbuang

indah...bening...pekat oleh gegana...hidup


sebuah lukisan abstrak
berpelangi tak berpigura

kacau...tak dimengerti...absurd...kesiasiaan

ekspresi jiwa...indah....hangat...sejuta pesan


sebuah koin
tak akan bisa berdiri pada satu sisi

pati, 2 juni 2010

utopis

kidung sukma melantunkan buaian
pada tabuhan jiwa berdawai satu

putus ditengah melantunkan kepedihan
yang tak terbaca oleh siapapun
jika hari dapat terobek
dimanakah kau simpan jasad embun?

siapakah yang mampu membaca angin
jeritnya yang terhempas gunung lembah
membelah lautan dengan sisinya yang ambigu
dimana kertak
dimana tawa
dan tengkukpun mengeras mengkhianati jiwa

pati, 1 juni 2010

montase


klik!
mimpi yang melaju menunggang angin, terikat dalam surai kuda sembrani, melesat..dalam dekapan cahaya bintang, ada satu..bersanding dengan waktu, membawa seluruh pelangi di dadanya, merengkuh malam beserta cahaya bintang, hingga gelap, hanyalah selimut teduh dan dekap
klik!
detik, dalam rengkuhan menit, jam, hari, minggu, kait mengait, rengkuh merengkuh, dalam dekapan tarian matahari, menyelubungi kesendirian, kesepian dalam celah yang hanya menyisakan kabut menyeka duka membawanya pergi tertiup angin menyisakan ruang cahaya berpendar
klik!
senyummu dalam bias cahaya,gelak membelah langit tawa memenuhi jiwa, hanya hadirmu matahari turun dan memijar, langit begitu pucat, bintang lupa bersinar, telah terhisap segala yang indah dalam hadirmu
klik!
matahari masih memyimpan ribuan klik yang lain, mungkin debu, kerikil bahkan guntur terikat dalam satu kali klik, mewarnai sunyi yang kau simpankan dengan kunci patah, tak mungkin terbuka, selama kau ada,klik, klik, klik, kubuka hatiku untuk ribuan klik yang tersisa dibawah matahari, bersamamu
klik!
montaseku...keping keping : kau

pati, 31 mei 2010

aneh


lewat tengah malam aku terbangun
mimpi yang patah dan tak usai
aku hanya ingat
kau sembahkan dalam genggaman
sebutir onde onde

kue apem yang mak bawa
nyaris mirip dengan mimpiku
dan sungguh, semacam rasa yang menggelembung
: yang ini nyata

besok mak bawakan aku getuk
sebab katanya
"nak kau harus kurangi nasi"

(tapi mak, apa bisa kumakan dengan semur jengkol?)

pati, 30 mei 2010

semarang


bidukku membelah sungai
di sepanjang belantara borneo
maaf ....
itu hanya pengandaian
oto ku sedang merayap
di tengah genangan rob
yang menyulap kota
menjadi Venesia versi tanggung

Semarang, 29 mei 2010

mimosa


kulumat sebuah puisi
kuuntal dan kulempar ke keranjang sampah
karena telah dikoreknya sebuah luka
kata kata telah habis
dipimpong keharusan berlarik
demi cinta
kubiarkan mimosa ungu
mencuat dari barisan daun daun malu
durinya kutinggalkan buat puisiku besok

besok adalah besok
pada waktu tak berpenggal

pati, 28 mei 2010

bayang


kata kata lesap dalam kebingaran makna
entah apa yang kau terjemahkan

ada baiknya barangkali diam
membiarkan waktu lesat mengikuti matahari
hingga jemari tak memainkan not sumbang
atau ketertegunan yang menggila
ketika kekosongan menyengalkan nafas
waktu yang patah biarkan meninggalkan bayang

maka kulesakkan bayangku
hingga sudut terjauh igaumu

pati, 27 mei 2010

secangkir teh puisi


kau kah itu yang berdiri di remang senja?
kupikir hanya sebuah bayangan
ternyata kau nyata karena kulihat
udara beriak disekelilingmu
tanda kau bergeming

akan kubuatkan sebuah puisi
untuk menemani minum teh mu
barang kali...tehmu akan sedikit sejuk
jika awal puisiku bercerita tentang semilir angin
barangkali akan sedikit manis
jika kuceritakan tentang kupu kupu yang mengusik embun
jika kuceritakan tentang kehidupan yang kujumpai
di persimpangan yang kita lalui kemarin
akankah tehmu kembali pahit?
ah barangkali yang terjadi tehmu akan basi
sebasi kata kata berulang yang kutuang dalam bait baitku

jadi, nikmati saja kesendirianmu di remang senja
toh tak ada secangkir teh yang tertuang, bukan?

pati, 26 mei 2010

sabun dan daun



ada yang hilang dari pekarangan pagiku
aku tak habis pikir
mengapa sebuah pagi bisa tampak berbeda dari pagi lain?
rontokan daun daun ini
membusuk bersama tetesan hujan kemarin
dimana sapu dan sodok sampahku?

bau tanah basah masih sama
bagai coklat yang lama tersimpan dalam kulkas
tapi toh selapis udara tipis yang mengusikku
bau sabun mandimu
: selalu sama

jadi apakah yang diributkan pada sebuah pagi
diantara daun daun busuk dan sabun mandi?
ini dia : kau lupa menyapa, hai pagi...

pati, 25 mei 2010

yang begini ini yang ngaco, heu heu

konon katanya otak terdiri dari sekian milyar simpul saraf, duh aku lupa tepatnya, tapi never mind bukan itu yg hendak ku bicarakan.aku hanya ingin bilang, aku takjub betapa luasnya sebuah otak memendam kehendak dan memori, tidak percaya? mari coba uraikan apa saja yang melintas dibenakmu dalam selembar kertas, percayalah kau akan menemukan ribuan kertas yang berkelanjutan tak terputus. dan tiba tiba aku merasa ngeri, betapa misterinya sebuah benak, dalam benak seseorang kau akan hijau, hijaulah kau, jika benak itu berkata kau ada, adalah kau, yang payah jika benak itu berkata kau tak ada, wssst dalam sepetikan jari kau hilang.uh, aku mulai berputar putar, dan silakan salahkan saja benak yang terlalu banyak menyimpan data. padahal tadi aku ingin berbicara tentangmu, tentang hal yang mengusikku, sebenarnya apa yang ada dibenakmu? kau bermain main dengan banyak benak lain tanpa merasa terganggu, kau bersikap seolah 'benak' itu ekslusif hanya milikmu, jadi apa yang perlu dipikirkan hanyalah apa yang ada dibenakmu. kau salah, taukah jika sekarang kubilang pada benakku : kau tak ada maka kau tak akan ada di mataku? ah tapi dalam hal ini benakmu lebih hebat, aku tak tega,dan tiba tiba pikiran ini muncul : jika sebuah benak ditambah sebuah hati, apa yang terjadi? apakah dia akan semakin luas dan membelantara, semakin rahasia, ataukah semakin sempit dan mudah ditebak? wah, kalau balik bertanya padaku sungguh aku tak tau, karena kupikir kau tak punyahati, kau misteri, kupikir kau punya hati waduh menjadi lebih misteri tapi aku bisa membacamu, sepertinya aku mengerti apa yang kau lakukan : kau sedang bermain main dengan benak. walah, coba lihat aku, sebenarnya apa yang sedang kuuraikan : tak lebih bermain dengan sebuah benak, benakku
hmmm...

lagi pengen nulis tapi benak pergi ke antah berantah
pati, 24 mei 2010

sumir


aku bagai baling baling kertas
yang berpusing dalam sekali dorong
barat timur laut darat
entah kesekian atau kese-entah kuputari
karena waktu telah begitu sumir

aku hanya tau akhirnya
berhenti tepat di depanmu

pati, 24 mei 2010

brie


aku bertemu brie...
di penghujung hari yang tak kan pernah ku lupa

brie...selalu brie, dan tetap brie yang ku kenal
senyumnya yang membuat teduh
atau telengan kepalanya ketika aku berbicara
seakan akan seluruh waktunya tersedia buatku

brie..di ujung hari itu
duduk di sampingku dalam pusaran cerita lama
aku tersentuh melihatnya
terseret dalam alunan bicara seorang brie...

kekasihku bukan lah matahari katanya
tapi dia setia melindungiku dari matahari yang menyengat
dia bukan embun pagi
namun dia senantiasa melindungiku dari basah dan dinginnya
dia bukanlah bunga
tetapi ada satu hari dalam setiap tahun
sekuntum bunga ditaruhnya di bantalku
dia bukanlah awan
namun bersamamanya aku selalu teduh

aku memandang brie, dan bertanya
'dimanakah dia brie..?'
brie menatapku dengan senyumnya,
kekasihku bukan malaikat
namun dia mendahuluiku pergi ke langit
dan menungguku disana hingga ketika tiba waktuku
aku tak takut

aku terpana melihat brie...

pati, 23 mei 2010

aku melihatmu, sungguh


pada sebuah pagi
aku bertanya padamu
"apakah mentari...?"

dan kata kata itu meluncur dari bibirmu sambung menyambung
partikel, atom, hidrogen, oksigen, nitrogen, helium, planet,
si pluto yang tak jadi, halley, sentrafugal,debu kosmik,gerhana,
einstein, kau bilang einstein?, tumbukan gravitasi, meteor banyuwangi,
acara nonton kita yang harus berjuang mati matian mencari tiketnya
kau ingat pula

diantara titik komamu
aku sungguh melihatmu, sayangku

hanya saja sebetulnya bukan itu yang kutanya
pada sebuah pagi itu
aku hendak bertanya
"apakah mentari akan setia pada bumi?"
: karena kau mentariku

pati, 21 mei 2010

Kamis, 01 Juli 2010

bagaimana bisa?

dimanakah kau..?
ah sepertinya langit mencurimu
tapi masakah dia tetap biru
andai dia menyembunyikanmu ?

ataukah lautan yang menelanmu?
tapi bagaimana bisa
jika ombak dan buihnya tak pernah pergi
hanya datang dan selalu menepi ?

apakah belantara itu yang menenggelamkanmu
namun bagaimana bisa jika mereka sedang berlomba mencari mentari
dengan sulur sulur yang saling membelit ?
tak cukup celah buatmu

ah ...jadi dimanakah kau ?
barangkali aku harus mencarinya pada senyap
ya..pastilah dia yang menyembunyikanmu
karena kalian berdua begitu mirip
senyap...

pati, 21 mei 2010

bukan ungu yang kutunggu


pada ujung langit
tempat kunang kunang terbang
lembayung mewarnai senja
sekawanan burung berformasi
terbang rendah dan hinggap
pada untaian kabel kabel listrik
yang mencarut marut sang jingga

suatu saat nanti...
ketika matahari menyemburkan debu
lembayung itu tak kan lagi menjingga
namun ungu...ungu...dan pekat
sesaat sebelum tiada lagi hidup
...mati...dan senyap

pati, 20 mei 2010

seribu pagi


di pantai pagi aku berdiri bersamamu
gaung tanyamu masih menjadi tabir
namun pasang telah berlalu bukan
karena ada degub di matamu
: yang kutau itu buatku

nasi putih, kering tempe dalam nampan plastik
susu dalam mug tak bertutup
asap asapnya bergulung
kuharap mampu menggelitikmu
: yang kutau itu buatmu

namun ada hal hal yang kita tak tau,
ada hari hilang ketika dengan luka aku menorehmu
ada hari hilang ketika kau kira aku menorehkan luka

dan kuharap kita tau ini
: ada beribu hari tak bertabir
kau dan aku didalamnya, selalu

pati, 19 mei 2010

bangun


aku mendengar suara pagi
menyeruak menerobos diundang ataupun tidak
aku sambut dia, sementara
malam masih enggan beranjak dari sudut mataku
diantara hamburan jeritan beker yang protes

dengungan lirih lemari es
ketukan berirama ekor cicak
siulan ketel berkacak pinggang
dan dentuman detik jam : bangun ..tidak..bangun..tidak
betapa familier

aku mendengar suara pagi
"tidakkah kau telah kenyang mengunyah mimpi?
ini aku...pagimu
dan kau tak bisa memutari aku..."

pati, 18 mei 2010

kekasihku belajar bermetafora


" ah kekasihku......
betapa cantiknya dirimu hari ini
dengan bintil ranum di ujung kelopak matamu
bagai kelapa matang siap dituai
dibelah dan dikerok...."

senyumku mengembang bagai cangkir sumbing
'mengapa tak kau minum sekalian cairannya
bukankah itu penambah ion?'

(ah sayangku, kita berhasil
memetaforakan...jorok!!)

pati, 17 mei 2010

b.e.l.a.l.a.n.g.


ssstt...diamlah sayang,
hidup ini telah begitu rumit
tanpa harus kau suruh
aku

menghilir...
memuara...
bahkan menguap!

sekedar mencari arti kata kata
yang meluncur menjadi kalimat kalimat
berkelok kelok diantara hati yang sungsang
bertumbukan di udara menjadi gelegar

uuugh, hari telah terang
tanpa aba-aba

(diujung sana kauberbisik keras keras
ada apakah dengan dirimu?
pikiranmu melompat lompat bagai belalang)

pati 16 mei 2010

yang tertinggal


bagaimana ku tahu kau ada?
jejakmu lenyap di angan dan nalar
meresap dalam retakan abstrak
menyisakan malam yang tak hendak ku buru

karena bayangmu tertinggal
aku harus mencarimu
: kau tak kan utuh tanpa bayangmu

dimana harus kuletakan larik ini?
alurnya membelah pengertian dan ketaktahuan
mengerdilkan kegirangan kijang muda
membekukannya pada pigura waktu

karena baumu tertinggal
aku harus memburumu
: kau bukan kau tanpa baumu

bagaimana aku menjelaskan pagi?
pada semua yang kupercayai
maafku ku semaikan
aku surut seratus tahun ke belakang

karena rindumu kau tinggalkan
aku luruh mengharu biru

pati, 15 mei 2010

tiket


perlahan namun pasti senyum itu memudar dari wajah pagi
maafkan naif dan bodohku
untuk memahami riakmu
ugh, kadang lebih menyenangkan melepasnya pergi
dan menyaksikan dari tepiannya pertunjukan yang berlangsung

bisakah kutarik kembali layarmu
ketika angin buritan menghanyutkan mimpiku
dan membenturkannya pada karang
yeah..aku hanya ingin membuatnya berhenti

pagi,.. ini aku
mari kita angkat sauh

pati, 14 mei 2010

(terinspirasi ditengah dentuman 'the show' nya lenka di telinga dan kepalaku)

fajar


kusematkan kata kata pada daun daun gugur
biarlah mereka melapuk kembali ke abu
disitu mereka akan menemukan maknanya
namun seonggok jiwa yang rapuh
berharap pada mentari yang selintas terlihat
diantara jalinan dahan mengkungkung

dan satu satu cadar daun terkuak
merangkai sekeping pemahaman

kuterjemahkan diantara kulit batang yang mengelupas
: biarkan saja mengembang dalam fajar

pati, 13 mei 2010

pagar yang setengah terbuka


pagi yang kutinggalkan
menggalaukan cucian kotor
piring yang tertinggal seketika
pagar setengah terbuka
dan kau

bip bop bip bop
pesan masuk : kau ditunggu
siang tak kan mengerti resahmu

oalah...wahai ulat ulat jambu
gulungan kepompongmu mengejekku
baiklah, bisakah kutitip saja sisa hari ini padamu
atau kau mau larungkan resahku?
ambillah selamanya kalau begitu

pati, 12 mei 2010

bunga tebu



aku hanyalah bunga bunga tebu
dalam hamparan luas dan kau tak bisa membedakan aku

tarian angin membisikan irama
lagu lagu tua yang tersimpan disudut rak
melapuk bersama hati yang pernah memerah
dalam sebuah hari yang terangkum dalam album

angin kembali lalu bersama hari yang bisu
gigil dalam terik sekacau igauan kenari
yang tak pernah menyangka rindu menyembilu
dan menjeritkannya pada lembah lembah yang menyimpan luka

aku hanyalah bunga bunga tebu
rapuh dalam tantangan angin dan matahari

pati, 11 mei 2010