di matamu kau lukiskan atap yang rubuh, tiang tiang
yang tersapu angin, tembok tembok yang tumbang,
dan sapuan debu sesudahnya, betapa kemudian debu
itu menjadi selimut menyesakkan di bawah langit, serpihan
kaca kaca jendela tumbuh menjamur menjadi bisul di
seluruh kulitmu, dan kaupun rebah, kalah, membatu
kulihat perlahan dian dian itu padam
aku ingin melukiskan langit di mataku
langit yang menurunkan hujan, menggumpalkan debu
menjadi tanah, dan mengelantangnya menjadi batu,
batu untuk kau jadikan tumpuan dan kau mencair
diatasnya, menegakkan kembali tiang tiang itu
namun
di matamu tak kulihat mataku
pati, 27 juli 2010
Jumat, 30 Juli 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar