harmony

harmony

Kamis, 07 Oktober 2010

sarapan

aku merasa seperti sepi sebuah stasiun tua, sepur sepur itu berdentang ketika kereta kereta lewat di atasnya, tapi aku tak bisa ikut pergi, terikat sepi yang terantai pada bangku bangku peron, dan sobekan karcis yang terinjak di lantai basah, dan dengungan suara yang menyesakkan :

'selamat datang para penumpang

selamat jalan para penumpang'



pukul berapakah ini, sayangku, karena ada yang bertahan tidur di kelopak mataku, berkemah di sana dan memanam sebatang pohon duri rupanya, durinya kerapkali menusuk bola mataku ketika aku terjaga, menciptakan sungai dalam derai hujan, kau lihatkah setangkup mawar? hendak kupinjam tiap kelopaknya ganti kelopakku yang telah menyerupa kantung hujan



aku terlelap di dapur tuaku sendiri, kekasihku, lelah dan lupa resep nenek berikut seluruh mantranya yang mampu mengubah sepi menjadi sesuatu yang garing dan renyah, jadi aku hanya merebusnya bersama duri duri yang berjatuhan dari kelopakku, tak usah khawatir sayang, tak kan kusajikan di meja makanmu, telah kutelan ganti sarapan pagiku, hanya tolong bangunkan aku ketika kau tiba di stasiun itu, dan melepas rantai sepi yang membandul di leherku



pati, 7 oktober 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar