Tanpa pengenalan, puisi itu lahir, panjang memusingkan, pendek terpenggal, seperti gerbong kereta tak beraturan. Melaju. Tanpa stasiun.
Kereta tak mencari penumpang, tak ditinggal penumpang. Tiba tiba merindukan batas langsir. Peron. Karcis.
Rel rel itu dimana?
Perlahan kereta belajar menyelaraskan desis. Di luar rel, di atas rel. Tanpa stasiun.
Rel rel itu ditemukan. Simpang siur.
'Adakah yang terlewatkan?'
pati, 1 februari 2011
Rabu, 23 Februari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar