setiap kali senja datang di pekarangan ini,
dan sunyi melebur dalam secangkir kopi,
ataukah sepasang sandal biru berdebu,
aku berperan sebagai pagi, yang datang
perlahan dan pasti, memekarkan cahaya,
membebaskan dingin embun dipelukkan
gelap, malam yang sering kehilangan obor.
seringkali sungai menjeram di hatiku, mendera
langit biru di benakku sekelam kabut, hingga
awanpun tak selembut kapas, dengan kilau
dingin tetesan hujan setajam silet di pipimu
menjelma riam yang membakar, dan pagi
hilang kembali menjadi senja yang sunyi.
gelitik hati, membiarkan pintu pagar tetap
terbuka, ilalang berlomba merias diri,
ranting jambu mencakar kabel listrik, dan
lumut menjelma karpet selamat datang,
berharap sepasang tangan yang kokoh
yang sigap membaca gelagat : semua
bagianku, tenanglah...
setiap waktu menyimpan masanya sendiri,
ada waktu ketika pagi berhasil kutampilkan
di mataku, ada masa ketika senja berangin
mengambil alih, aku rindu kau matahariku.
kau dengarkah desahan angin timur yang
memusat menuju barat menerbangkan
bunga bunga ilalang di pekaranganmu?
itu desahan sunyi, kekasih, dari masa
yang tak sengaja bertumpang
pati, 19 februari 2011
Rabu, 23 Februari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar