harmony

harmony

Rabu, 23 Februari 2011

desah angin

setiap kali senja datang di pekarangan ini,

dan sunyi melebur dalam secangkir kopi,

ataukah sepasang sandal biru berdebu,

aku berperan sebagai pagi, yang datang

perlahan dan pasti, memekarkan cahaya,

membebaskan dingin embun dipelukkan

gelap, malam yang sering kehilangan obor.



seringkali sungai menjeram di hatiku, mendera

langit biru di benakku sekelam kabut, hingga

awanpun tak selembut kapas, dengan kilau

dingin tetesan hujan setajam silet di pipimu

menjelma riam yang membakar, dan pagi

hilang kembali menjadi senja yang sunyi.



gelitik hati, membiarkan pintu pagar tetap

terbuka, ilalang berlomba merias diri,

ranting jambu mencakar kabel listrik, dan

lumut menjelma karpet selamat datang,

berharap sepasang tangan yang kokoh

yang sigap membaca gelagat : semua

bagianku, tenanglah...



setiap waktu menyimpan masanya sendiri,

ada waktu ketika pagi berhasil kutampilkan

di mataku, ada masa ketika senja berangin

mengambil alih, aku rindu kau matahariku.



kau dengarkah desahan angin timur yang

memusat menuju barat menerbangkan

bunga bunga ilalang di pekaranganmu?

itu desahan sunyi, kekasih, dari masa

yang tak sengaja bertumpang



pati, 19 februari 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar