Bunga tebu itu menggigil tak mengerti, ketika wajah wajah dingin membabat lengan tebu yang menopangnya, membuatnya rebah, hancur, terinjak. Mereka merenggut lengan lengan yang menopangnya selama ini dan membawanya pergi jauh.
Hujan, yang dulu sangat dipuja, berubah menjadi ribuah panah, menikam, meluruhkan kelopak bulunya satu satu yang berkeriap di aliran tanah becek, berpendar diam.
pati, 11 oktober 2010
Senin, 29 November 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar