tertikam tanpa belati
tersayat tanpa sembilu
begitu saja meluka
tak perlu pisau itu, sayang
untuk menggores yang telah koyak
sebuah hati mati
diujungpanah katamu
pati, 25 oktober 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
skip to main |
skip to sidebar
harmony
Facebook Badge
Laman
Mengenai Saya
Pengikut
Arsip Blog
-
▼
2010
(462)
-
▼
November
(36)
- pasal 2
- pasal 1
- dan malam semakin larut...
- capung
- catatan buatmu, paitua
- sebuah jarak
- kenangan
- kakek, catur dan kau
- mimpi
- ketika tiba tiba ingin sekali kueja namamu
- happy birthday, paitua
- daun
- dari balik abu, warna itu akan kembali
- selimut waktu
- yang tak bisa menunggu
- panah
- huruf yang enggan dipanggil : sajak sang penyair
- pagi
- cerita tentangmu, yang tak pernah habis
- puisi yang memintal duri
- mercusuar
- refleksi-4
- aku
- sahabat badai
- rumahmu, Tuan
- puisiku terluka separah aku
- ranting
- ...kemarin itu
- menujumu
- hidup
- siwalan
- remote
- mie
- kartu posmu, paitua
- siklus air
- gigil
-
▼
November
(36)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar