aku kagum melihatmu
gerbong tua yang terus melaju
tanpa masinis tanpa rel tanpa rambu
di atas jalan tak bernama
ah, mungkin bernama
hanya saja terlalu rancu di lidah
aku tak punya belati, kau tau
sama seperti seseorang bertanda di jidat itu
'wanitaku' itukah sebutannya?
kami hanya punya pisau kecil
mengiris seledri memotong bawang
lalu bertebaran di atas supmu
dan hari ini kami sepakat memakainya
mengiris kata demi kata
dan menaburnya di pusara rindu
ah cinta, ramuan gaib yang hadir seperti biasa
di taman, di langit, di jalan, di telepon
sesore kemarin dia ada di sakuku
terlipat seiring hari yang semakin tua
dan entah bagaimana hilang menguap
hari ini ketika melihatmu melaju
di atas jalan tak bernama
aku bertanyatanya
di persimpangan manakah kiranya
kau berhenti lalu memunguti
ramburambu yang kau cecerkan
barangkali akan kau temukan taburan
katakata yang telah kami iris setajam luka
pati, 13 agustus 2010
Jumat, 13 Agustus 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar