harmony

harmony

Selasa, 10 Agustus 2010

untukmu

puisimu bagai sebuah surat terbuka untukku, aku hanya merasa
telah kehilangan sebuah amplop yang selalu kau jilat sisinya,
liurmu pengganti parfum yang katamu norak padahal itu selalu
berhasil dulu membeli sebuah hati perawan, aku membaca tanda
puisimu dan jeda diantaranya, kupikir kucoba jawab saja tanyamu
ya?
kau bertanya tentang buntelan beban yang selalu kubawa
dipunggungku, ah, kau salah, itu cuma bungkusan matahari,
rembulan dan bintangku sendiri yang enggan kupinjamkan
pada langit, takut mereka dibawa orang dan aku tak kebagian,
bukankah dibawah langit ini setiap orang harus saling berebut
dan mengklaim agar tak tersingkir?
kau bertanya tentang sakuku yang penuh warna, mengapa tidak?
semua warna telah hilang kau tau? pohon melahirkan daun hitam,
buah gelap berulat, langit kelabu berbeban sangat, dan cahaya yang
ada hanya putih menampilkan hitam, atau hitam menampilkan putih
kau bertanya tentang puisi puisi tuaku, ah biar saja, aku lelah
menjilati helai helainya biar bisa menempel, jadi kubiarkan saja
mereka dengan kebebasannya untuk berlari atau terbang sekalian,
adakah yang tersasar di mejamu?

"dan kedalaman apa yang selalu mereka ributkan?
sedang dasar tak pernah mengalas, tak terlihat
atau mataku sajakah yang telah tercuri lalat dan
menggantinya dengan mata faset?
pantas saja aku selalu membentur kaca jendela
aku tak pandai melihatnya"

pati, 4 agustus 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar