pucuk gelombang melempar buih ketepian, timbul tenggelam, terbuang terhempas
kisah buih senantiasa terulang
bertahan dengan caranya
pati, 25 januari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
skip to main |
skip to sidebar
harmony
Facebook Badge
Laman
Mengenai Saya
Pengikut
Arsip Blog
-
▼
2011
(148)
-
▼
Januari
(50)
- gambar
- tohe
- puisi yang sembab
- akumulasi
- kisah buih
- duhai
- hanya
- amulet
- irisan
- di ujung kolam seusai pertandingan
- tentang kata tanpa perbincangan
- draft
- sebuah sketsa
- bermuaralah
- identik
- sebut saja bonsai, bukan kerdil
- sunglasses
- pesisir
- kaluron
- maaf, aku hanya punya bahuku
- jangan percaya pada spion yang membuat sesuatu tam...
- boru
- apa yang kau muat di sampan itu?
- ini tentang imbas residu sayangku
- ia yang mentertawakan hujan
- ah, mimpi
- mari minum teh
- sesaat ketika waktu begitu kental
- my old 2010
- ketika harus kusimpan mimpi hingga perjumpaan kembali
- seseorang yang melintas depan rumah
- laba laba
- sebuah cerita (3)
- ojeg sepeda (1)
- sebuah cerita (2)
- sebuah cerita
- ironi (1)
- suatu hari menjelang natal
- nyanyian kekasih
- di jembatan kota
- nyanyian pulang
- hujan lupa menandai
- buatmu : kunanti
- cerita buat nunuk
- mengertikah komiu?
- kenalilah tanah ibumu, anakku
- pojok
- pohon jambu kita sudah tua, paitua
- kriiiiiing!!!! bisa tolong matikan bekernya?
- pernahkah?
-
▼
Januari
(50)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar