kupikir, kesedihan bagai sulur merayap
menjerat kaki dan membuatmu terjerembab
kau pintal nafasmu satu satu
namun satu satu paru parumu hilang
cerita terpantul di awan
terburai melekat pada debu di ujung sepatumu
ada batas sedihmu di sana
siapa yang menyangka langkah itu sampai juga disini?
terkadang kesedihan juga bagai lintah gemuk
menempel erat pada lubuk yang menyulap dadaku
menjadi rahim debur isak
bergelombang membuatmu oleng
sungguh, tak bisakah perlahan saja
aku telah terkapar hampir rubuh
pati, 19 september 2010
Kamis, 23 September 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar