di sebuah sudut ladang sunyi, sekelompok pohon jagung meratap
bertanya akan diri yang mengering terbengkalai
pada setiap ketiaknya, mencuat bonggol jagung
kering, kuning, sekeras batu yang berserak tak jauh dari situ
bonggol menengadah pada langit ketika matahari bersinggasana
'kuning mana aku dibanding kau?'
matahari diam, lalu disapanya tanah
'ah, kering mana aku dibanding kau?'
tanah diam, lalu ditanyanya angin
'terlupakan mana aku dibanding kau?'
angin diam dan hanya berlalu
bonggol jagung memulai kembali ritualnya
pada matahari, pada tanah, pada angin
dan diam tetap ritual balasan
di sebuah pondok papan lapuk
seorang lelaki menyerah pada kesunyian
ternyata diri hanyalah daging
yang sanggup berpuasa dalam rentang waktu
ditunggunya selama ini
jagung jagung menguning yang menghiasi periuknya
dengan garam pada pagi, dengan garam pada siang
jika tahan, dengan garam pada malam
lalu hari ini ketika bonggol bonggol itu siap di panen
lelaki itu telah dipanen sang maut terlebih dahulu
dan matahari, dan tanah, dan angin
tak tahu cara apa hendak mengabarkannya
p.siantar, 15 september 2010
Rabu, 15 September 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar