perlahan, sangat perlahan
setiap pori terisi pekat hitam
merembes melekat
lalu perlahan, sangat perlahan
mengering tak terpisahkan
siantar, 10 agustus 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
skip to main |
skip to sidebar
harmony
Facebook Badge
Laman
Mengenai Saya
Pengikut
Arsip Blog
-
▼
2011
(148)
-
▼
September
(71)
- andai ...
- pamflet
- tokoh dalam puisi
- bisakah kau menungguku di sini, selama aku menyele...
- splash
- mimpi no 16
- earl grey tea
- sebuah cerita di marina bay
- demikiankah?
- pembicaraan malam minggu di meja nomor 3
- so long, pati
- noktah diujung kertas
- bocah
- variabel aneh
- hitam dalam pekat
- pagar
- kisah neneng badrun (1)
- berkati cawanku
- ah srikandi, boleh kupinjam panahmu?
- langkah
- halo, apa kabar?
- hai
- gelitik
- sesaat creambath
- sesaat
- telah kupanggil ia : kekasih
- perjalanan
- buatmu
- jadi, mengapa?
- bagian
- my may
- lakon
- sejauh ini
- pendam
- tiba
- rusuk
- emptiness
- kusut
- *proses.belajar* : ~perhentian~
- rona
- suatu senja di bulan april
- luing
- tsunami
- kupilih
- sahaja
- kering
- setelah hujan
- last day in march
- kerlip dian yang tersisa separuh
- home sweet home
- bulan
- perbincangan kita belum usai, nak
- mimosa 2
- lumba lumba abu
- tempias
- jejak lalat
- yang tumbuh lalu mati dengan sendirinya
- lullaby 3
- ceracau
- lullaby 2
- tigapuluh
- layu
- pasung
- jadilah
- silence
- layang
- sedih, pada kamusku
- medusa
- untukmu, yang setia menjaring angin
- simalakama
- angkringan
-
▼
September
(71)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar