harmony

harmony

Senin, 19 September 2011

*proses.belajar* : ~perhentian~

'Mana puisimu, notemu, atau apalah itu biasa kau sebut, hari ini?'
'Hmm, ini hari perhentian, kau dan aku tahu, seperti yang terikat di penanggalan, seperti yang anak anak tahu', jawabku sambil sedikit meringis di atas layar hapeku.
'Apa yang sedang kau lakukan?'
'Membuat pesan buatmu'
'Oh?'
'Ok, akan ku bacakan buatmu, tolong sekiranya ada bahasaku yang tak berkenan buat mu:

Ini hari perhentian, bukan?/ buat kau dan aku/ buat puisi, buat note, buat apapun/ yang membuatku jauh darimu, bukan?/ tujuh puluh menit dari sekarang/ada yang lupa/membuatku lupa/ menarikku menjauh/dari ingatan akanmu/ aku lupa untuk berhenti marah/ karena sesuatu yang menjadi milikku hilang/ pada hari perhentian/ tepat 70 menit dari sekarang

Bagaimana terdengarnya kalimat kalimat itu di telingamu?
Apa seharusnya aku berhenti saja?' kataku, sambil mencari cari bola matanya.
Tak ada jawaban, namun di depanku ia tersenyum, senyum yang mengalir hingga ke dua bola matanya, sinar yang teduh, membuatku diam, terhenti. Digambarnya sebuah cangkir bertelinga, dan sebuah pinggan kecil dibawahnya, diberinya gambar air yang memenuhi bibir cangkir, hingga luber berleleran ke pinggan.
'Yang di dalam cangkir ini semua kepunyaanmu, terisi terus hingga meluap, yang meluap keluar tak akan pernah tertampung, terbuang. Jika yang hilang itu berasal dari luapan yang terbuang tidak kah menghentikan amarahmu?' Aku cuma diam, seperti biasa, ketika ingatan akan hari perhentian kembali memenuhi benakku, dan berusaha menghentikan gelombang yang bergelora di hatiku.
'Ah, kau yang senantiasa berbicara untukku, bisakah kau hentikan gelora di hatiku, dari rasa kehilangan dan keluh kesah kesal? Karena kau dan aku ada di hari perhentian'.

pati, 10 april 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar