lihat, betapa telah kupanggil ia kekasih
sebab ia mengerti senyap dan riuh jiwaku
memahami luka dan sukaku
betapa ia menjadi prisma diantara hitam dan putih
menyediakan warna bagi pagi dan senjaku
tidakkah kau dan aku selayaknya belajar tegar itu darinya?
ia yang diam ketika dipuji dan dicaci
dibuang dan dicari
dibingkai atau dikuliti
bahkan ketika ditelanjangi hingga ke akarnya
tidakkah ia layak kupanggil kekasih?
maka jiwaku, ia yang tinggal dalam diriku
telah memanggil puisi..kekasih
pati, 19 mei 2011
Senin, 19 September 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar