"nak, kau memang harus menunggu"
entah malam, entah siang
pada kali itu ombak di matamu tenang
tak membuih
aku ibumu
dengan ribuan kemarau dan hujan
yang berusaha menjadi pohon buatmu
tanpa guguran daun
perbincangan kita belum selesai, nak
sebab kulihat perkara bermalam
di dadamu yang bergemuruh
di matamu yang bergaram
dalam sunyi kutatah doa doa
melekat di tubuhku
suatu saat, ada hari hari yang jingga
dan kau mengerti setiap perkara
yang kau baca lalu kau lekatkan
sebagai doa ditubuhmu sendiri
:perbincangan kita belum usai, nak
pati, 25 maret 2011
Senin, 19 September 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar